Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Featured Posts

Rabu, 20 Juli 2011

KUMPULAN SKRIPSI SISTEM INFORMASI

SKRIPSI SISTEM INFORMASI
FILE SELENGKAPNYA SILAHKAN DOWNLOAD
Photobucket


"SISTEM INFORMASI PERWALIAN BERBASIS WEB"
Photobucket
http://www.blogger.com/img/blank.gif

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM PENGISIAN FORMULIR RENCANA
MONGGO DI DOWNLOAD
Photobucket

APLIKASI TEXT TO SPEECH (TTS)
BERBAHASA INDONESIA SEBAGAI PEMBACA SMS


Photobucket


FILE SELENGKAPNYA SILAHKAN DOWNLOAD
Photobucket


FILE SELENGKAPNYA SILAHKAN DOWNLOAD
Photobucket


FILE SELENGKAPNYA SILAHKAN DOWNLOAD
Photobucket


FILE SELENGKAPNYA SILAHKAN DOWNLOAD
Photobucket


FILE SELENGKAPNYA SILAHKAN DOWNLOAD
Photobucket

Selasa, 05 Juli 2011

CONTOH KTI

A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia angka kematian dan kesakitan bayi masih sangat tinggi ± 30.000 kematian bayi setiap tahunnya. Salah satu penyebab kematian dan kesakitan bayi adalah kurang kalori dan protein yang banyak ditemukan pada bayi dan anak balita (Sediaoetama 2006). Hal tersebut disebabkan karena kerawanan gizi pada bayi, makanan yang kurang dan juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak yang diganti dengan susu botol, dimana cara dan jumlah pemberiannya tidak sesuai dengan kebutuhan. Menurut Roesli (2000) bayi yang tidak diberikan ASI secara eksklusif kemungkinan akan mengalami gizi buruk dan sekitar 15 sampai 20 persen sel otaknya tidak dapat berfungsi secara normal.
Menurut Menteri Kesehatan (2006) akibat kehilangan kesempatan memperoleh Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, lebih dari 5 juta balita menderita kurang gizi serta 1,7 juta balita menderita gizi buruk. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, tercatat pemberian ASI tanpa tambahan apapun hingga umur lima bulan hanya sebanyak 14 persen, usia tiga bulan sebanyak 46 persen dan usia 2 bulan sebanyak 64 persen. Hal tersebut sangat ironis sekali, karena dengan pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan mampu mencegah 13 persen atau 137 ribu dari 10,6 juta kematian balita tiap tahun.
Pemberian ASI secara Eksklusif di Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan ibu yang relatif kurang, faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan dan dukungan suami akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program pemberian ASI, gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan dari masyarakat termasuk institusi yang mempekerjakan perempuan untuk ibu menyusui merupakan salah satu penyebab menurunnya perilaku ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yulfira (2007) di kabupaten Karawang, Jawa Barat menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang menyusui, akan tetapi pengetahuan ibu tentang pemberian ASI secara eksklusif masih sangat rendah. Begitu juga dengan perilaku pemberian ASI secara eksklusif, pada umumnya mereka tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif. Hal tersebut disebabkan karena masih banyaknya persepsi yang salah di masyarakat terkait dengan pemberian ASI, sehingga hal itu menjadi beban tersendiri bagi ibu menyusui dan proses menyusui menjadi terganggu. Misalnya ibu yang menyusui tidak boleh makan ikan, banyak orang yang menganggap kalau ibunya makan ikan nanti bayinya akan alergi. Padahal jika bayi lebih awal diperkenalkan dengan berbagai rasa melalui ASI maka reaksi imunologisnya menjadi lebih baik.(WWW. Google . com)
Dari hasil laporan daerah Krembangan Jaya Surabaya didapatkan bayi usia 0–6 bulan sebanyak 42 bayi, akan tetapi hanya 8 bayi yang mendapatkan ASI secara Eksklusif, berarti ± 81% bayi tidak mendapatkan ASI secara Eksklusif .
Berdasarkan data diatas maka salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi terutama yang disebabkan oleh karena kekurangan gizi adalah dengan pemberian penyuluhan dan memotivasi para ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Dalam hal ini peranan seorang bidan sebagai tenaga kesehatan sangatlah penting, karena dengan berbagai upaya tersebut dapat meningkatkan derajat kesehatan bayi sehingga dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI secara eksklusif.

B. RUMUSAN MASALAH
Dengan masih tingginya angka kematian dan kesakitan bayi yang disebabkan karena kekurangan gizi, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : faktor–faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0–6 bulan di Krembangan Jaya Surabaya.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai penelitian adalah yakni :
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi faktor–faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0–6 bulan di Krembangan Jaya Surabaya
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif pada bayi usia 0–6 bulan di Krembangan Jaya Surabaya.
b. Mengidentifikasi dukungan suami ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif pada bayi usia 0–6 bulan di Krembangan Jaya Surabaya.
c. Mengidentifikasi budaya masyarakat dalam memberikan ASI secara eksklusif pada bayi usia 0–6 bulan di Krembangan Jaya Surabaya.
d. Mengidentifikasi perilaku ibu terhadap pemberian ASI secara eksklusif pada bayi usia 0–6 bulan di Krembangan Jaya Surabaya.
e. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif pada bayi usia 0–6 bulan di krembangan Jaya Surabaya.
f. Menganalisis hubungan dukungan suami ibu dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI secara Eksklusif pada bayi usia 0–6 bulan di krembangan Jaya Surabaya
g. Menganalisis hubungan budaya masyarakat dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI secara Eksklusif pada bayi usia 0–6 bulan di krembangan Jaya Surabaya

D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi institusi pendidikan
a. Memberi masukan dalam kegiatan pembelajaran terutama mengenai ASI eksklusif.
b. Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa Diploma IV Bidan pendidik yang berkaitan dengan ASI eksklusif
2. Bagi petugas Kesehatan
a. Menambah wawasan baru mengenai perilaku tenaga kesehatan dalam membantu keberhasilan ASI Eksklusif
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan harapan hidup bayi melalui pemberian ASI eksklusif.

3. Bagi peneliti
a. Sebagai sarana untuk menerapkan teori dan ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah.
b. Untuk menambah pengalaman dan wawasan peneliti mengenai ASI eksklusif.
4. Bagi masyarakat
a. Untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif
FILE SELENGKAPNYA SILAHKAN DOWNLOAD
Photobucket

Kamis, 15 Oktober 2009

FUNGSI AUDIT SEBAGAI TOLAK UKUR DALAM KINERJA PERUSAHAAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di dalam berkembangnya dunia perekonomian saat ini dan semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus bisa berkompetisi. Tidak sedikit perusahaan yang terhenti laju operasionalnya karena tidak mampu mempertahankan eksistensi perusahaannya. Sebagian besar kegagalan tersebut biasanya disebabkan karena perusahaan tidak konsisten dalam menjalankan operasi perusahaannya, ditambah lagi dengan kurangnya tenaga profesional di dalam perusahaan dan perusahaan tidak dapat mengikuti perkembangan ekonomi yang terjadi saat ini, hal ini menuntut adanya efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan Keinginan untuk mendapatkan laba perusahaan yang optimal merupakan suatu niat dasar bagi manajer dalam perusahaan untuk menggerakan semua sumber daya yang ada. Agar tercapainya usaha itu fungsi manajerial seperti planning, organizing, directing dan controlling harus dipadukan agar manajemen dapat mengambil keputusan yang tepat dengan demikian akan tercapai hasil yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat kami simpulkan rumuskan masalah sebagai berikut :
 Bagaimana Manfaat Audit Internal Dalam Menunjang Efektivitas
 Bagaimana audit itu sendiri dapat di fungsikan dalam sebuah perusahaan

1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini di susun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah “Seminar Akuntasi Keuangan” dan di samping itu penulis juga ingin tahu bagaimana fungsi audit sebagai tolak ukur dalam kinerja perusahan.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian dan jenis-jenis audit
Ada beberapa pengertian audit yang diberikan oleh beberapa ahli di bidang akuntansi, antara lain:
Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke :
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent independent person”.
Menurut Mulyadi :
“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
Secara umum pengertian di atas dapat diartikan bahwa audit adalah proses sistematis yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dalam melaksanakan audit faktor-faktor berikut harus diperhatikan:
1) Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar) yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi tersebut,
2) Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas untuk menentukan lingkup tanggungjawab auditor.
3) Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan audit.
4) Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.
Audit pada umumnya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.
1. Audit laporan keuangan (financial statement audit). Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti kreditor, pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak.
2. Audit kepatuhan (compliance audit). Audit ini bertujuan untuk menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang tertentu. Kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Contohnya ia mungkin bersumber dari manajemen dalam bentuk prosedur-prosedur pengendalian internal. Audit kepatuhan biasanya disebut fungsi audit internal, karena oleh pegawai perusahaan.
3. Audit operasional (operational audit). Audit operasional merupakan penelahaan secara sistematik aktivitas operasi organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan analisis yang komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk : 1). Menilai kinerja, kinerja dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan, standar-standar, dan sasaran-sasaran yang ditetapkan oleh manajemen, 2). Mengidentifikasikan peluang dan, 3). Memberikan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak-pihak yang mungkin meminta dilakukannya audit operasional adalah manajemen dan pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.

2.2 Jenis-jenis Auditor
Auditor biasanya diklasifikasikan dalam tiga kategori berdasarkan siapa yang mempekerjakan mereka : akuntan publik, akuntan pemerintah, dan akuntan intern
 Akuntan publik. Akuntan publik adalah akuntan professional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama daam bidang pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
 Akuntan pemerintah. Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.
 Akuntan intern. Adalah akuntan yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap aset-aset organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

2.3 Pengertian dan jenis-jenis laporan auditor
Pembuatan laporan auditor adalah langkah terakhir dan paling penting dari keseluruhan proses audit. Secara umum laporan auditor dapat didefinisikan sebagai laporan yang menyatakan pendapat auditor yang independen mengenai kelayakan atau ketepatan pernyataan klien bahwa laporan keuangannya disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntan yang berlaku umum, yang diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya. Dalam menyiapkan dan menerbitkan sebuah laporan audit, auditor harus berpedoman pada empat standar pelaporan yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

2.4 Tujuan dan manfaat laporan auditor
Dalam perusahaan perseroan, dimana para manajer ditempatkan pada posisi dimana mereka dapat menguntungkan perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan yang disusunnya dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan yang disusun merupakan bentuk pertanggungjawaban dari hasil pekerjaannya selama suatu periode. Para manajer tergoda untuk menyajikan laporan keuangan yang berat sebelah, mengandung hal-hal yang tidak benar, dan mungkin menyembunyikan informasi informasi tertentu kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan itu, termasuk investor, kreditor, dan regulator.

























LABA DAN KONSEP-KONSEP YANG BERKAITAN


KATA PENGANTAR
Segala puji kami haturkan kepada sang pencipta alam semesta, karena hanya dengan pertolongan beliau kami bisa menyelesaikan makalah ini, dan kami ucapkan terima kasih kepada yang telah membantu demi terselesaainya makalah ini terutama kepada dosen pengajar Mata Kuliah “Teori Akuntasi”, dan kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mungkin masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat didalamnya baik dari segi tulisan ataupun dari segi penyajiannya, Maka kami sebagai penulis makalah ini mohon ma’af yang sebesar-besarnya dan sangat saya harapkan bagi para pembaca saran dan kritikan yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini dan sebagai acuan untuk tugas berikutnya.




Penulis


DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Laba
2.2 Konsep Prilaku Laba
2.3 Apa Saja Yang Seharusnya Dimasukkan Dalam Laba
2.4 Konsep laba operasi berjalan
2.5 Konsep laba komprehensif
2.6 Laba berulang (rutin) dan tidak berulang (tidak rutin)
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka

BAB I
PNEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Konsep laba dan arus kas suatu perusahaa selalu menjadi bahan perbincangan yang menarik bagi akuntan dan analis keuangan. Laba akuntansi dan arus kas adalah ukuran kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari para investor dan kreditur. Hal ini dikarena laba menentukan harga saham perusahaan. (Suwardjono.2005,p,484) Demikian halnya laba akuntansi dan aus kas perusahaan mempunyai arus kas positif terhadap return saham (Triyono dan Hartono,2000,p.63).
Laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Besar dan kecilnya laba yang di sebperoleh suatu perusahaan menunjukkan kinerja/prestasi perusahaan tersebut. Dengan demikian, laba dapat dimaknai dan di interpretasikan sebagai pengukur efisiensi oleh investor dalam bentuk return on investment (ROI) (Suwardjono,2005, p, 459). FASB (financial Accounting Standards Board) menyatakan bahwa informasi laba yang di hitung dengan dasar akrual biasanya bias menunjukkan informasi prestasi yang lebih baik dibanding dengan informasi penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas), sehingga laba dapat di interpretasikan sebagai alat untuk mengkonfirmasi harapan-harapan investor atau pemakai lain dalam menilai kinerja perusahaan (Suwardjono,2005, p, 456).

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang disajikan dalam latar belakang di atas maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana laba dan konsep-konsep yang berkaitan
2. Apakah perubahan laba akuntansi dan perubahan total arus kas secara parsial (individu) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan
1.3 Tujuan
Tujuan Makalah ini tidak lain hanyalah untuk memenuhi tugas mata kuliah” Teori Akuntansi” dan utuk memperluas wawasan para pembaca

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Laba
Menurut Ahmed Belkaouli dalam bukunya Teori Akuntansi jilid 1 (1987:Erlangga) Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya. Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks.

1.2 Konsep Perilaku Laba
Laba Sebagai Alat Ramal
FASB Statement Of Financial Concepts No.1 menyatakan bahwa para investor, kreditor, dan Pihak lainnya ingin menilai prospek arus masuk kas bersih perusahaan, tetapi mereka sering menggunakan laba untuk membantu mereka mengevaluasi daya laba (earning power), maramalkan laba yang akan datang, atau menaksir risiko investasi atau memberikan pinjaman kepada perusahaan. Jadi, diasumsikan ada hubungan antara laba yang dilaporkan dan arus kas, termasuk distribusi kas kepada pemilik.
Pemegang obligasi dan kreditor jangka pendek juga berkepentingan dengan laba yang akan datang. Semakin besar pengharapan laba bagi perusahaan, semakin besar pula pengharapan para kreditor untuk menerima hasil pengembalian tahunan dan pembayaran kembali pokok pinjaman pada saat hutang tersebut jatuh tempo.
Konsep perilaku lainnya berikut adalah ikhtisar dari beberapa teori perilaku laba:
1. Pengambilan Keputusan Manajerial
Laporan keuangan yang formal umumnya ditujukan untuk para pemakai eksternal data akuntansi, tetapi para akuntan juga harus melengkapi manajemen dengan alat dan bahan baku yang dibutuhkan untuk pengendalian dan mengambil keputusan yang baik.
2. Teori Estimasi
Walaupun teori estimasi kelihatannya memiliki kesamaan dengan teori kapitalisasi laba, namun penekanannya adalah pada penyajian laba yang dilaporkan yang akan membantu para investor meramalkan tingkat pengembalian internal perusahaan sebagai keseluruhan dan dengan demikian meramalkan arus kas mendatang dan nilai sekarang perusahaan.
3. Pendekatan Orientasi Pemakai
Para pemakai menginginkan informasi ini karena beberapa alasan, a. Laba akuntansi yang dilaporkan telah menjadi dasar untuk banyak hubungan legal dan kontraktual di dalam masyarakat, b. Para investor, menerima pandangan bahwa terdapat hubungan antara perubahan dalam laba akuntansi dan arus kas perusahaan termasuk pembayaran dividen.

1.3 Apa Saja Yang Seharusnya Dimasukkan Dalam Laba
Penghitungan laba berdasarkan penilaian tahunan atas perusahaan menimbulkan pertanyaan penting mengenai metode penilaian yang tepat, yang memberikan pengukuran yang paling berarti atas laba bersih. Salah satu tujuan utama perusahaan adalah maksimisasi arus dividen bagi pemegang saham selama umur perusahaan, atau maksimisasi nilai likuidasi atau nilai pasar perusahaan pada akhir hidupnya, atau pada saat tertentu. Semua perubahan ekonomi yang relevan bagi pengevaluasian semua keberhasilan atau kegagalan perusahaan selama hidupnya. Tetapi tujuan pengukuran laba yang lebih umum mensyaratkan pengukuran laba untuk periode yang lebih pendek guna memberikan alat kendali dan dasar bagi keputusan pemegang saham, kreditor, investor dan manajemen secara berkesinambungan atau periodik. Tetapi beberapa akuntan berpendapat bahwa angka yang disebut “laba bersih untuk periode” harus mancakup semua kejadian ekonomi yang dicatat dan bahwa laba yang timbul dari sumber khusus harus dijelaskan secara tepat. Kontroversi ini telah menghasilkan dua konsep laba, konsep laba operasi berjalan dan konsep laba all inclusive (menyeluruh), dan posisi lanjutan yang disyaratkan dalam Accounting Principles Board Opinion No.30 dan FASB Statements No.16.

1.4 Konsep laba operasi berjalan
Konsep laba operasi berjalan memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi usaha perusahaan. Istilah efisiensi mengacu pada pemanfaatan secara efektif sumber daya perusahaan dalam menjalankan usaha dan dalam menghasilkan laba.
Dalam arti luas, konsep ini berkaitan dengan kombinasi yang tepat dari faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen.

1.5 Konsep laba komprehensif
Konsep laba ini didefinisikan sebagai total perubahan dalam pemilikan yang diakui dengan mencatat transaksi.
Para pendukung konsep laba komprehensif mengemukakan alasan berikut untuk pengukuran laba ini :
1. Laba bersih tahunan yang dilaporkan, dan dijumlahkan selama umur perusahaan, haruslah sama dengan total laba bersih perusahaan itu.
2. Pengabaian beban tertentu dari perhitungan laba bersih memberi kesempatan untuk memanipulasi laba tahunan.
3. Perhitungan laba rugi yang meliputi semua beban dan diakui selama tahun itu dikatakan lebih mudah dipersiapkan dan dipahami oleh para pembaca.
4. Dengan pengungkapan penuh sifat perubahan laba selama tahun itu, pembaca laporan dianggap lebih mampu membuat klasifikasi yang tepat untuk sampai pada pengukuran laba secara tepat daripada para akuntan dan manajemen, yang tidak dapat mengantisipasi kebutuhan khusus para pemakai.
5. Perbedaan antara beban dan pendapatan operasi dan non-operasi tidak dapat ditetapkan secara jelas. Transaksi yang diklasifikasikan sebagai transaksi operasi oleh satu perusahaan mungkin diklasifikasikan sebagai transaksi non-operasi oleh perusahaan lainnya.
1.6 Laba berulang (rutin) dan tidak berulang (tidak rutin)
Para pendukung konsep laba prestasi operasi berjalan sering menyatakan bahwa pos operasi umumnya didefinisikan operasi usaha yang sifatnya berulang dan pos non-operasi umumnya dianggap tidak teratur dan tidak diramalkan.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat kami tarik kesimpulan
 Konsep laba sebagai pertambahan nilai
Laba mencakup harga jual produk dikurangi harga pokok barang dan jasa yang diperoleh.
 Konsep laba bersih perusahaan
Laba mencakup kelebihan pendapatan atas beban, semua keuntungan dan kerugian. Beban tidak mencakup beban bunga dan pajak penghasilan.
 Konsep laba bersih bagi investor
Sama seperti laba bersih perusahaan, tetapi sudah dikurangi pajak penghasilan.
 Konsep laba bersih bagi pemegang saham
Laba bersih bagi investor dikurangi beban bunga dan pembagian laba.
 Konsep laba bersih bagi pemilik ekuitas residu
Laba bersih bagi pemegang saham dikurangi dividen preferen.
3.2 SARAN
Saya selaku penulis makalah ini saya sarankan bagi para pembaca, siswa/siswi yang ingin sedikit menambah ilmu atau memperluas wawasannya tentang laba dan konsep-konsepnya mungkin makalah ini dapat membantu anda, akan tetapi jangan hanya terpaku pada makalah ini, supaya juga mencari referensi lain. Dan perbanyaklah mengerjakan soal-soal latihan akuntansi

DAFTAR PUSTAKA


S. Hendriksen, Eldon. dan Michael F. Van Breeda. Teori Akunting. Edisi Ke-5. Buku Satu. Batam: Interaksara, 2000.




LABA DAN KONSEP-KONSEP YANG BERKAITAN

KATA PENGANTAR
Segala puji kami haturkan kepada sang pencipta alam semesta, karena hanya dengan pertolongan beliau kami bisa menyelesaikan makalah ini, dan kami ucapkan terima kasih kepada yang telah membantu demi terselesaainya makalah ini terutama kepada dosen pengajar Mata Kuliah “Teori Akuntasi”, dan kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mungkin masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat didalamnya baik dari segi tulisan ataupun dari segi penyajiannya, Maka kami sebagai penulis makalah ini mohon ma’af yang sebesar-besarnya dan sangat saya harapkan bagi para pembaca saran dan kritikan yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini dan sebagai acuan untuk tugas berikutnya.




Penulis


DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Laba
2.2 Konsep Prilaku Laba
2.3 Apa Saja Yang Seharusnya Dimasukkan Dalam Laba
2.4 Konsep laba operasi berjalan
2.5 Konsep laba komprehensif
2.6 Laba berulang (rutin) dan tidak berulang (tidak rutin)
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka

BAB I
PNEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Konsep laba dan arus kas suatu perusahaa selalu menjadi bahan perbincangan yang menarik bagi akuntan dan analis keuangan. Laba akuntansi dan arus kas adalah ukuran kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari para investor dan kreditur. Hal ini dikarena laba menentukan harga saham perusahaan. (Suwardjono.2005,p,484) Demikian halnya laba akuntansi dan aus kas perusahaan mempunyai arus kas positif terhadap return saham (Triyono dan Hartono,2000,p.63).
Laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Besar dan kecilnya laba yang di sebperoleh suatu perusahaan menunjukkan kinerja/prestasi perusahaan tersebut. Dengan demikian, laba dapat dimaknai dan di interpretasikan sebagai pengukur efisiensi oleh investor dalam bentuk return on investment (ROI) (Suwardjono,2005, p, 459). FASB (financial Accounting Standards Board) menyatakan bahwa informasi laba yang di hitung dengan dasar akrual biasanya bias menunjukkan informasi prestasi yang lebih baik dibanding dengan informasi penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas), sehingga laba dapat di interpretasikan sebagai alat untuk mengkonfirmasi harapan-harapan investor atau pemakai lain dalam menilai kinerja perusahaan (Suwardjono,2005, p, 456).

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang disajikan dalam latar belakang di atas maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana laba dan konsep-konsep yang berkaitan
2. Apakah perubahan laba akuntansi dan perubahan total arus kas secara parsial (individu) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan
1.3 Tujuan
Tujuan Makalah ini tidak lain hanyalah untuk memenuhi tugas mata kuliah” Teori Akuntansi” dan utuk memperluas wawasan para pembaca


BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Laba
Menurut Ahmed Belkaouli dalam bukunya Teori Akuntansi jilid 1 (1987:Erlangga) Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya. Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks.

1.2 Konsep Perilaku Laba
Laba Sebagai Alat Ramal
FASB Statement Of Financial Concepts No.1 menyatakan bahwa para investor, kreditor, dan Pihak lainnya ingin menilai prospek arus masuk kas bersih perusahaan, tetapi mereka sering menggunakan laba untuk membantu mereka mengevaluasi daya laba (earning power), maramalkan laba yang akan datang, atau menaksir risiko investasi atau memberikan pinjaman kepada perusahaan. Jadi, diasumsikan ada hubungan antara laba yang dilaporkan dan arus kas, termasuk distribusi kas kepada pemilik.
Pemegang obligasi dan kreditor jangka pendek juga berkepentingan dengan laba yang akan datang. Semakin besar pengharapan laba bagi perusahaan, semakin besar pula pengharapan para kreditor untuk menerima hasil pengembalian tahunan dan pembayaran kembali pokok pinjaman pada saat hutang tersebut jatuh tempo.
Konsep perilaku lainnya berikut adalah ikhtisar dari beberapa teori perilaku laba:
1. Pengambilan Keputusan Manajerial
Laporan keuangan yang formal umumnya ditujukan untuk para pemakai eksternal data akuntansi, tetapi para akuntan juga harus melengkapi manajemen dengan alat dan bahan baku yang dibutuhkan untuk pengendalian dan mengambil keputusan yang baik.
2. Teori Estimasi
Walaupun teori estimasi kelihatannya memiliki kesamaan dengan teori kapitalisasi laba, namun penekanannya adalah pada penyajian laba yang dilaporkan yang akan membantu para investor meramalkan tingkat pengembalian internal perusahaan sebagai keseluruhan dan dengan demikian meramalkan arus kas mendatang dan nilai sekarang perusahaan.
3. Pendekatan Orientasi Pemakai
Para pemakai menginginkan informasi ini karena beberapa alasan, a. Laba akuntansi yang dilaporkan telah menjadi dasar untuk banyak hubungan legal dan kontraktual di dalam masyarakat, b. Para investor, menerima pandangan bahwa terdapat hubungan antara perubahan dalam laba akuntansi dan arus kas perusahaan termasuk pembayaran dividen.

1.3 Apa Saja Yang Seharusnya Dimasukkan Dalam Laba
Penghitungan laba berdasarkan penilaian tahunan atas perusahaan menimbulkan pertanyaan penting mengenai metode penilaian yang tepat, yang memberikan pengukuran yang paling berarti atas laba bersih. Salah satu tujuan utama perusahaan adalah maksimisasi arus dividen bagi pemegang saham selama umur perusahaan, atau maksimisasi nilai likuidasi atau nilai pasar perusahaan pada akhir hidupnya, atau pada saat tertentu. Semua perubahan ekonomi yang relevan bagi pengevaluasian semua keberhasilan atau kegagalan perusahaan selama hidupnya. Tetapi tujuan pengukuran laba yang lebih umum mensyaratkan pengukuran laba untuk periode yang lebih pendek guna memberikan alat kendali dan dasar bagi keputusan pemegang saham, kreditor, investor dan manajemen secara berkesinambungan atau periodik. Tetapi beberapa akuntan berpendapat bahwa angka yang disebut “laba bersih untuk periode” harus mancakup semua kejadian ekonomi yang dicatat dan bahwa laba yang timbul dari sumber khusus harus dijelaskan secara tepat. Kontroversi ini telah menghasilkan dua konsep laba, konsep laba operasi berjalan dan konsep laba all inclusive (menyeluruh), dan posisi lanjutan yang disyaratkan dalam Accounting Principles Board Opinion No.30 dan FASB Statements No.16.

1.4 Konsep laba operasi berjalan
Konsep laba operasi berjalan memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi usaha perusahaan. Istilah efisiensi mengacu pada pemanfaatan secara efektif sumber daya perusahaan dalam menjalankan usaha dan dalam menghasilkan laba.
Dalam arti luas, konsep ini berkaitan dengan kombinasi yang tepat dari faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen.

1.5 Konsep laba komprehensif
Konsep laba ini didefinisikan sebagai total perubahan dalam pemilikan yang diakui dengan mencatat transaksi.
Para pendukung konsep laba komprehensif mengemukakan alasan berikut untuk pengukuran laba ini :
1. Laba bersih tahunan yang dilaporkan, dan dijumlahkan selama umur perusahaan, haruslah sama dengan total laba bersih perusahaan itu.
2. Pengabaian beban tertentu dari perhitungan laba bersih memberi kesempatan untuk memanipulasi laba tahunan.
3. Perhitungan laba rugi yang meliputi semua beban dan diakui selama tahun itu dikatakan lebih mudah dipersiapkan dan dipahami oleh para pembaca.
4. Dengan pengungkapan penuh sifat perubahan laba selama tahun itu, pembaca laporan dianggap lebih mampu membuat klasifikasi yang tepat untuk sampai pada pengukuran laba secara tepat daripada para akuntan dan manajemen, yang tidak dapat mengantisipasi kebutuhan khusus para pemakai.
5. Perbedaan antara beban dan pendapatan operasi dan non-operasi tidak dapat ditetapkan secara jelas. Transaksi yang diklasifikasikan sebagai transaksi operasi oleh satu perusahaan mungkin diklasifikasikan sebagai transaksi non-operasi oleh perusahaan lainnya.
1.6 Laba berulang (rutin) dan tidak berulang (tidak rutin)
Para pendukung konsep laba prestasi operasi berjalan sering menyatakan bahwa pos operasi umumnya didefinisikan operasi usaha yang sifatnya berulang dan pos non-operasi umumnya dianggap tidak teratur dan tidak diramalkan.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat kami tarik kesimpulan
 Konsep laba sebagai pertambahan nilai
Laba mencakup harga jual produk dikurangi harga pokok barang dan jasa yang diperoleh.
 Konsep laba bersih perusahaan
Laba mencakup kelebihan pendapatan atas beban, semua keuntungan dan kerugian. Beban tidak mencakup beban bunga dan pajak penghasilan.
 Konsep laba bersih bagi investor
Sama seperti laba bersih perusahaan, tetapi sudah dikurangi pajak penghasilan.
 Konsep laba bersih bagi pemegang saham
Laba bersih bagi investor dikurangi beban bunga dan pembagian laba.
 Konsep laba bersih bagi pemilik ekuitas residu
Laba bersih bagi pemegang saham dikurangi dividen preferen.
3.2 SARAN
Saya selaku penulis makalah ini saya sarankan bagi para pembaca, siswa/siswi yang ingin sedikit menambah ilmu atau memperluas wawasannya tentang laba dan konsep-konsepnya mungkin makalah ini dapat membantu anda, akan tetapi jangan hanya terpaku pada makalah ini, supaya juga mencari referensi lain. Dan perbanyaklah mengerjakan soal-soal latihan akuntansi

DAFTAR PUSTAKA


S. Hendriksen, Eldon. dan Michael F. Van Breeda. Teori Akunting. Edisi Ke-5. Buku Satu. Batam: Interaksara, 2000.