Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Jumat, 20 Februari 2009

KUMPULAN ASKEP

ERITRODERMA

A. DEFINISI
• Eritroderma ( dermatitis eksfoliativa ) adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh , biasanya disertai skuama ( Arief Mansjoer , 2000 : 121 ).
• Eritroderma merupakan inflamasi kulit yang berupa eritema yang terdapat hampir atau di seluruh tubuh ( www. medicastore . com ).
• Dermatitis eksfoliata generalisata adalah suatu kelainan peradangan yang ditandai dengan eritema dan skuam yang hampir mengenai seluruh tubuh ( Marwali Harahap , 2000 : 28 )
• Dermatitis eksfoliata merupakan keadaan serius yang ditandai oleh inflamasi yang progesif dimana eritema dan pembentukan skuam terjadi dengan distribusi yang kurang lebih menyeluruh ( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 ).

B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya , penyakit ini dapat dibagikan dalam 2 kelompok :
1. Eritrodarma eksfoliativa primer
Penyebabnya tidak diketahui. Termasuk dalam golongan ini eritroderma iksioformis konginetalis dan eritroderma eksfoliativa neonatorum(5–0 % ).


2. Eritroderma eksfoliativa sekunder
a. Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu penicillin dan derivatnya , sulfonamide , analgetik / antipiretik dan ttetrasiklin.
b. Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh , dapat terjadi pada liken planus , psoriasis , pitiriasis rubra pilaris , pemflagus foliaseus , dermatitis seboroik dan dermatitis atopik.
c. Penyakit sistemik seperti Limfoblastoma.
( Arief Mansjoer , 2000 : 121 : Rusepno Hasan 2005 : 239 )

C. ANATOMI
Kulit mepunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub kutis. Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap diferensiasi pematangan.
Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air , cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel – sel baru yang bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan mengembalikan integritas kulit sel – sel khusus yang disebut melanosit dapat ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit. Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif.


Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :
a. Stratum Korneum
Selnya sudah mati , tidak mempunyai intisel , intiselnya sudah mati dan mengandung zat keratin.
b. Stratum lusidum
Selnya pipih , bedanya dengan stratum granulosum ialah sel – sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar.
Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
c. Stratum Granulosum
Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih. Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin.
d. Stratum Spinosum / Stratum Akantosum
Lapisan yang paling tebal.
e. Stratum Basal / Germinativum
Stratum germinativum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan merupakan sel – sel induk.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
a. Bagian atas , papilaris ( stratum papilaris )
b. Bagian bawah , retikularis ( stratum retikularis )
Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat lonngar yang tersusun dari serabut – serabut kolagen , serabut elastis dan serabut retikulus
Serabut kolagen untuk memberikan kekuatan pada kulit. Serabut elastis memberikan kelenturan pada kulit.
Retikulus terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.
Subkutis
Terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis.
Fungsi kulit :
- Proteksi - Pengatur suhu
- Absorbsi - Pembentukan pigmen
- Eksresi - Keratinisasi
- Sensasi - Pembentukan vit D
( Syaifuddin , 1997 : 141 – 142 )

D. PATOFISIOLOGI
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas , sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh.
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kult sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel – sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus.
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik ( alergik ) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap ( hapten ). Obat / metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan , serum / protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.
( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 )

E. PATHWAY


F. MANIFESTASSI KLINIS
• Eritroderma akibat alergi obat , biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh , sedangkan skuama baru muncul saat penyembuhan.
• Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit yang tersering addalah psoriasis dan dermatitis seboroik pada bayi ( Penyakit Leiner ).
– Eritroderma karena psoriasis
Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninngi daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih kebal. Dapat ditemukan pitting nail.
– Penyakit leiner ( eritroderma deskuamativum )
Usia pasien antara 4 -20 minggu keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritama seluruh tubuh disertai skuama kasar.
– Eritroderma akibat penyakit sistemik , termasuk keganasan. Dapat ditemukan adanya penyakit pada alat dalam , infeksi dalam dan infeksi fokal. ( Arif Masjoor , 2000 : 121 )

G. KOMPLIKASI
Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder :
- Abses - Limfadenopati
- Furunkulosis - Hepatomegali
- Konjungtivitis - Rinitis
- Stomatitis - Kolitis
- Bronkitis
( Ruseppo Hasan , 2005 : 239 : Marwali Harhap , 2000 , 28 )

H. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi. Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas.

I. BIODATA
a. Jenis Kelamin
Biasnya laki – lak 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.
b. Riwayat Kesehatan
– Riwayat penyakit dahulu ( RPM )
Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus , psoriasis , pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan dermatosiss atopik , limfoblastoma.
– Riwayat Penyakit Sekarang
Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit.

c. Pola Fungsi Gordon
1. Pola Nutrisi dan metabolisme
Terjadinya kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negative mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh pasien ( dehidrasi ).
2. Pola persepsi dan konsep diri
– Konsep diri
Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan / lembaran zat tanduk yang besr – besar seperti keras selafon , pembentukan skuama sehingga mengganggu harga diri.
3. Pemeriksaan fisik
a. KU : lemah
b. TTV : suhu naik atau turun.
c. Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
d. Mulut
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.
e. Abdomen
Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
f. Ekstremitas
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
g. Kulit
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.
( Marwali Harahap , 2000 : 28 – 29 : Rusepno Hasan , 2005 : 239 , Brunner & Suddarth , 2002 : 1878 ).

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan integritas kulit bd lesi dan respon peradangan
Kriteria hasil : - menunjukkan peningkatan integritas kulit
- menghindari cidera kulit
Intervensi
a. kaji keadaaan kulit secara umum
b. anjurkan pasien untuk tidak mencubit atau menggaruk daerah kulit
c. pertahankan kelembaban kulit
d. kurangi pembentukan sisik dengan pemberian bath oil
e. motivasi pasien untuk memakan nutrisi TKTP
2. Gangguan rasa nyaman : gatal bd adanya bakteri / virus di kulit
Tujuan : setelah dilakuakn asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi luka pada kulit karena gatal
Kriteria hasil : - tidak terjadi lecet di kulit
- pasien berkurang gatalnya
Intervensi
a. beritahu pasien untuk tidak meggaruk saat gatal
b. mandikan seluruh badan pasien ddengan Nacl
c. oleskan badan pasien dengan minyak dan salep setelah pakai Nacl
d. jaga kebersihan kulit pasien
e. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa gatal
3. Resti infeksi bd hipoproteinemia
Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : - tidak ada tanda – tanda infeksi
( rubor , kalor , dolor , fungsio laesa )
- tidak timbul luka baru
Intervensi
a. monitor TTV
b. kaji tanda – tanda infeksi
c. motivasi pasien untuk meningkatkan nutrisi TKTP
d. jaga kebersihan luka
e. kolaborasi pemberian antibiotik


DAFTAR PUSTAKA

- Brunner 7 Suddarth vol 3 , 2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH, Jakarta : EGG
- Doenges M E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan pasien edisi 3 , Jakarta : EGC
- Harahap Marwali 2000 , Ilmu Penyakit Kulit , Jakarta : Hipokrates
- Hasan Rusepno 2005 , Ilmu Keperawatan Anak , Jakarta : FKUI
- Mansjoer , Arief , 2000 , Kapita Selekta Kedokteran , Jakarta : EGC
- Syaifudin , 1997 , anatomi Fisiologi , Jakarta : EGC



ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “R” DENGAN DIAGNOSA MEDIS MIOMA UTERI
DI POLI KANDUNGAN RSUD


LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan kebidanan pada ny. “R” dengan diagnose mendis “Nyoma Uteri”
Di poli kandungan RSUD Moh. Anwar Sumenep
Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek


___________________ __________________
Nip Nip


LAPORAN PENDAHULUAN
IBU
DENGAN MYOMA UTERI

Merupakan jenis tumor uterus yang paling sering disangka bahwa 20% dari wanita berumur 35 tahun menderita myoma uteri. Walaupun tidak disertai gejala gejala.
Myoma uteri tidak pernah terjadi setelah menopause, bahkan yang telah adapun biasanya mengecil bila mendekati masa menopause bila nyoma uteri bertambah besar pada masa postmenopause, harus difikirkan kemungkinan terjadi diagnosi moligna (sarcoma).
Sering juga disebut fibroid walaupun asalnya dari jaringan otot dapat bersifat tunggal atau ganda, dan mencapai ukuran besar (100 pon) konsistensi keras, dengan batas kapsel yang jelas, sehingga dapat dilepaskan disekitarnya.

Etiologi dan Histogenesis
Penyebabnya belum jelas tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum matang disangka bahwa oestrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar diterangkan apa sebabnya pada seorang wanita. Destrogen menyebabkan myoma, sedang pada wanita lain tidak padahal kita ketahui bahwa oestrogen dihasilkan oleh semua wanita.

Patologi Pertumbuhan Nyoma Uteri.
Berdasarkan teori genitoblost (sel mest) meyer dan de snood an rangsangan terus menerus setiap bulan dari estrogen muka pertumbuhan myoma uteri terjadi :
1. Berlapis seperti berombing
a. Subserosa
- Ddibawah lapisan peritoneum
- Dapat bertangkai dan melayang dalam kavum (abdomen)
b. Intra mural
- Didalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan)
c. Submokosa
- Dibawah lapisan dalam rahim
- Memperluas permukaan ruangan rahim
- Bertangkai dan dapat dikeluarkan melalui kanalis servikalis
d. Servikal nyoma
- Tumbuh di daerah serviks uteri

Gejala Klinik Myoma Uteri
Gejala klinik uteri adalah :
1. Perdarahan tidak normal
- Hipermenora / perdarahan banyak saat saat minstruasi karena :
• Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
• Gangguan kontraksi otot rahim
• Perdarhan berkepanjangan
2. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran nio uteri dapat terjadi :
- Terasa berat di abdomen bagian bawah
- Sukar miksi / defekasi
- Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada kehamilan
Kehamilan yang diderita dengan myoma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi yaitu antara lain.
- Kehamilan dapat mengakibatkan keguguran
- Gangguan saat peroses persalinan
- Tertutupnya saluran indung tulur menimbulkan infertelitas.

Diagnosa
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak digaris tengah ataupun agak kesamping, seringkali teraba benjol-benjolan myoma subseroum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus.
Myoma intramural akan menyebabkan kovum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan uterus sonde, myoma submukosum kadang-kadang dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam kanalis servikalis. Dan terasa benjolan pada permukaan kovum uteri.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdoment dibagian bawah atau panggul ialah myoma subserosum. Dan kehamilan, myoma submokosam yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversion uteri, myoma intramural harus dibedakan dnegan suatu edenomiosis, sarkoma uteri. USB abdominal dan tranvaginal dapat membantu dan menegakkan dengan klinis.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil data yang diperoleh dapat disimpulkan masalah-masalah yang dialami oleh Ny”R” dengan diagnose Myoma Uteri. Cara pemecahan masalah melelui asuhan kebidan dilakukan beberapa tindakan
1. Pengkajian data
Pada data subyektif dengan keluhan ibu ingin memeriksakan diri dan Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
2. Intervensi
Lakukan pendekatan terapeutik, jelaskan hasil pemeriksaan pada Ibu, berikan HE pada Ibu, anjurkan ibu untuk control, memberikan terapi pada pasien
3. Implementasi
Semua yang direncanakan pada intervensi terlaksana di implementasi
4. Evaluasi
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan

4.2 Saran
1. Bagi petugas
Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki serta harus memiliki kerjasama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain, klien dan keluarga

2. Bagi klien
Klien harus dapat bekerjasama dengan baik dengan tenaga kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta masalah klien dapat terpecahkan

3. Bagi pendidikan
Tenaga kesehatan yang berada pada suatu instansi kesehatan supaya lebih memperhatikan dan memberikan bimbingan kepada calon tenaga kesehatan pada umumnya serta supaya melengkapi buku-buku yang ada diperpustakaan yang merupakan gudang ilmu bagi para anak didik
4. Bagi rumah sakit
Rumah sakit harus berusaha untuk mempertahankan pelayanan yang sudah ada dan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien


BAB I
PENDAHULUAN
MYOMA UTERI

Merupakan jenis tumor uterus yang paling sering disangka bahwa 20% dari wanita berumur 35 tahun menderita myoma uteri. Walaupun tidak disertai gejala gejala.
Myoma uteri tidak pernah terjadi setelah menopause, bahkan yang telah adapun biasanya mengecil bila mendekati masa menopause bila nyoma uteri bertambah besar pada masa postmenopause, harus difikirkan kemungkinan terjadi diagnosi moligna (sarcoma).
Sering juga disebut fibroid walaupun asalnya dari jaringan otot dapat bersifat tunggal atau ganda, dan mencapai ukuran besar (100 pon) konsistensi keras, dengan batas kapsel yang jelas, sehingga dapat dilepaskan disekitarnya.

Etiologi dan Histogenesis
Penyebabnya belum jelas tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum matang disangka bahwa oestrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar diterangkan apa sebabnya pada seorang wanita. Destrogen menyebabkan myoma, sedang pada wanita lain tidak padahal kita ketahui bahwa oestrogen dihasilkan oleh semua wanita.

Patologi Pertumbuhan Nyoma Uteri.
Berdasarkan teori genitoblost (sel mest) meyer dan de snood an rangsangan terus menerus setiap bulan dari estrogen muka pertumbuhan myoma uteri terjadi :
1. Berlapis seperti berombing
a. Subserosa
- Ddibawah lapisan peritoneum
- Dapat bertangkai dan melayang dalam kavum (abdomen)
b. Intra mural
- Didalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan)
c. Submokosa
- Dibawah lapisan dalam rahim
- Memperluas permukaan ruangan rahim
- Bertangkai dan dapat dikeluarkan melalui kanalis servikalis
d. Servikal nyoma
- Tumbuh di daerah serviks uteri

Gejala Klinik Myoma Uteri
Gejala klinik uteri adalah :
1. Perdarahan tidak normal
- Hipermenora / perdarahan banyak saat saat minstruasi karena :
• Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
• Gangguan kontraksi otot rahim
• Perdarhan berkepanjangan
2. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran nio uteri dapat terjadi :
- Terasa berat di abdomen bagian bawah
- Sukar miksi / defekasi
- Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada kehamilan
Kehamilan yang diderita dengan myoma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi yaitu antara lain.
- Kehamilan dapat mengakibatkan keguguran
- Gangguan saat peroses persalinan
- Tertutupnya saluran indung tulur menimbulkan infertelitas.

Diagnosa
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak digaris tengah ataupun agak kesamping, seringkali teraba benjol-benjolan myoma subseroum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus.
Myoma intramural akan menyebabkan kovum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan uterus sonde, myoma submukosum kadang-kadang dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam kanalis servikalis. Dan terasa benjolan pada permukaan kovum uteri.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdoment dibagian bawah atau panggul ialah myoma subserosum. Dan kehamilan, myoma submokosam yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversion uteri, myoma intramural harus dibedakan dnegan suatu edenomiosis, sarkoma uteri. USB abdominal dan tranvaginal dapat membantu dan menegakkan dengan klinis.

Pengobatan
a. Pengobatan operatif
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada miooma submokosum pada myom geburt dengan cara ekstripasi lewat vagina. Pengambilan sarang myoma subserosum dapat mudah dilaksankan. apabila tumor bertangkai apabila momektomi ini dikerjakan karena karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50 %
Perlu disadari bahwa 25 – 35 % dari penderita tersebut akan masih memerlukan histeriktomi. Histeriktomi adalah pngangkutan uterus yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histeriktoni dapat dilaksanakan per abdominan atau pervaginam

b. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar overium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Radioterapi hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.

Komplikasi
Myoma uteri yang menjadi biomiseorkoma ditemukan hanya 0,32 % - 0,6 % dari seluruh myoma : serta merupakan 50 -70 dari semua sarcoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat kecurigaan akan keganasan uterus apabila myoma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran myoma dalam sarang menopause.

Torsi (putaran tangkai)
Sarang myoma yang bertangkai dapat mengalami tensi, timbul gangguan serkulasi akut sehingga mengalami heknosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdoment akut jika tensi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang myoma dalam rangga peritomium.

KONSEP MANAGEMENT KEBIDANAN
Askeb Teori pada pasien Dengan Myoma Uteri

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : Untuk mengenal (mengidentifikasi) dan memanggil pasien agar tidak keliru dengan pasien lain.
Umur : Biasanya dapat terjadi pada umur 35-41 tahun karena keterlambatan usia maka fungsi dari alat repsoduksi wanita semakin berkurang.
Kebangsaan : Untuk mempermudah komunikasi kita dengan klien, karena pasien menunjukkan bahasa.
Agama : Untuk mengetahui agama yang dianut oleh penderita, berhubungan dengan perawatan pasien
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat intelektual dan kemampuan pasien dalam menangkap apa yang kita sampaikan
Pekerjaan : Untuk mengetahui taraf hidup dan social ekonomi pasien, dan untuk mengetahui apakah pekerjaan itu akan mengganggu si penderita.
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal penderita, membedakan alamat pasien yang lain dan alamt juga dapat menggambarkan lingkungan tempat tinggal pasien yang erat hubungan dengan timbulnya penyakit myoma uteri

2. Keluhan utama
Untuk mengetahui penyebab ibu datang dan kapan mulai dirasakan keluhan seperti teraba adanya benjolan pada atus sympisis sebelah kanan dan nyeri tekan.



3. Riwayat kesehatan / penyakit ibu
Untuk melihat adanya kemungkinan adanya penyakit yang menyertai yang dapat menimbulkan komplikasi seperti anemia yang bisa memperberat penyakitnya.


4. Riwayat penyakit keluarga
Untuk melihat apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita mioma uteri karena salah satu predisposisinya adalah bereditas

5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
- Menarche : Untuk mengetahui kapan (pada usia berapa) ibu mengalami haid yang pertama karena berhubungan dengan status gizi ibu
- Siklus/lama : Untuk mengetahu berapa lama siklus haid ibu apakah teratur atau tidak karena berpengaruh pada kesuburan ibu.
- Warna/jumlah : Untuk mengetahui seberapa banyak darah haid yang keluar dan bagaimana warnanya.
- Dismonorhea : untuk mengetahui apakah ibu mengalami masalah ketika haid. Seperti nyeri perut dan nyeri pinggang
- Konsistensi : Untuk mengetahui apakah darah haid yang keluar kental atau encer
- Flour albus : untuk mengetahui apakah ibu mengalami keputihan. Hal ini berhubungan dengan kebersihan (vulva hygine)

b. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, lamanya ibu menikah dan umur berapa saat menikah hal ini untuk mengetahui tingkat infertilitas ibu yang merupakan etiologi dari mioma uteri.


6. Riwayat KB
Yang perlu ditanyakan apakah ibu pernah ikut KB, jika sudah pernah metode apa yang digunakan. Berapa lama, serta keluhan yang dialami sehubungan dengan metode KB yang digunakan. Dan untuk mengetahui kondisi ibu.



7. Pola aktifitas sehari-hari
- Istirahat / tidur : untuk mengetahui bagaimana pola istirahat ibu. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk istirahat karena pada penderita myoma uteri dianjurkan untuk istirahat yang cukup.
- Makan / minum : Untuk mengetahui pola makan / minum ibu dan seberapa banyak porsi serta apa saja menunya karena berpengaruh pada keadaan umum ibu
- Kebiasaan merokok : Untuk mengetahui pasien merokok apa tidak
- Minum obat penenang : untuk mengetahui apakah ibu mempunyai kebiasaan minum obat penenang yang berhubungan dengan kondisi ibu
- Seksualitas : Untuk mengetahui bagaimana pola seksualitas ibu dengan suaminya apakah ada kaitannya dengan penyakit yang di derita ibu saat ini.
- Personal hygine : Untuk mengetahui kebiasaan ibu dalam melakukan kebersihan diri baik kebersihan dalam maupun luar.
- Aktivitas : Untuk mengetahui pola aktivitas ibu sehari-hari apakah ibu melakukan aktivitas berat/tidak yang berhubungan dengan kondisi ibu.

8. Riwayat psikososial
Ditanyakan untuk mengetahui bagaimana keadaan psikis ibu dalam menghadapi penyakitnya ini dan bagaimana hubungan ibu dengan suami dan keluarganya mioma dapat menyebabkan infertelitas sehingga mengakibatkan ibu merasa cemas dan takut.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
KU : untuk mengetahui keadan ibu saat melakukan pemeriksaan baik/tidak
Kesadaran : Untuk mengetahui bagaimana kesadaran ibu saat dilakukan pemeriksaan
TTV TD : Untuk mengetahui berapa tekanan darah ibu
N : Untuk mengetahui bagaimana kecepatannya, irama dan denyutnya.
C : Untuk mengetahui bagaimana suhu tubuh ibu apakah melebihi batas normal atau kurang
Rr : Untuk mengetahui pernafasan ibu apakah cepat atau lambat

b. Pemeriksaan dalam
Biasanya melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan di bagian mana yang dapat menyebabkan nyeri tekan yang dirasakan ibu dan apakah ada kelainan pada genetalia khususnya yang berhubungan dengan radang dan infeksi pada tuba fallopi dan ovarium.

II. INTERPRETASI DATA DASAR
• Diagnosa : Dalam pemeriksaan berisi diagnosa medis pasien, yaitu pasien menderita penyakit mioma uteri.
• DS (data Subjektif ) : Berisi tentang pernyataan pasien yang dapat mendukung diagnosa yaitu pasien merasa ada benjolan pada perut bagian kanan atas dan nyeri
• DO (data objektif ) : Berisi tentang hasil pemeriksaan fisik beserta diagnostic dan pendukung lain. Juga catatan medik lainnya yang diperoleh dari hasil pemeriksaan oleh tenaga kesehatan diantaranya (KU, kesadaran, TTV (TD, N, S, Rr)).
• Masalah : Berisi tentang masalah atu keluhan yang diderita oleh ibu yaitu ibu merasa ada benjolan pada perut bagian kanan atas dan nyeri
• Kebutuhan : berisi tentang suatu yang dibutuhkan oleh ibu atas masalah / keluhan yang dialami seperti atasi cemas dan nyeri

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA /MASALAH POTENSIAL
Pada langkah ini bidan di tuntut untuk mengatasi permasalahan yang akan timbul dan kondisi yang terjadi dengan mengidentifikasi masalah potensial yang akan muncul / terjadi berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah ada. Bidan diharapkan selalu waspada dan bersiap-siap bila masalah ini benar terjadi

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Merupakan tindakan yang harus secara cepat dan tepat ditangani tidak boleh ditunda, karena bila terlambat akan berakibat fatal terutama pada kasus myoma uteri harus segera kolaborasi dengan dokter SPOG untuk diberikan terapi atau tindakan operasi.

V. PENGEMBANGAN RENCANA
Rencana yang akan dilakukan untuk menangani masalah yang terjadi pada pasien, biasanya berupa kalimat perintah. Setiap rencana harus disetujui oleh kedua pihak karena agar efekti, karena klien akan melaksanakan rencana tersebut.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dari pengembangan rencana yang disesuaikan dengan piñata laksanaan myoma uteri dan bidan menjelaskan terapi yang dihasilkan dari kolaborasi dengan dokter SPOG.


VII. EVALUASI
Merupakan langkah terakhir asuhan kebidanan untuk menilai apakah sudah teratasi atau timbul masalah baru dalam bentuk soop atau narasi.

BAB II
ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny “R” DENGAN DIAGNOSA MEDIS MYOMA UTERI
Di Poli Kandungan RSUD

I. Pengkajian
Tanggal : 05 Januari 2009 Jam : 19.30 WIB Tempat : Poli Kandungan
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. “R” Nama Suami : Tn “G”
Umur : 87 Tahun Umur : 45 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Alamat : Babbalan Batuan Alamat : Babbalan batuan

2. Keluhan Utama
Ibu dating dengan mengeluh teraba benjolan di atas sympesis sebelah kanan sejak 2 tahun yang lalu dan terasa nyeri

3. Riwayat Penyakit ibu
Ibu mengatakan tidak datang bulan selama dua bulan, dan merupakan rujukan dari puskesmas Gapura

4. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidka pernah menderita penyakit menular ( TBC, sakit kuning HIV/AIDS ) penyakit kronis ( Asma, Jantung, ) penyakit keturunan ( DM hipertensi)


5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus / lama : 28 / 7 hari
Warna / jumlah : merah tua
Dismnore : Merah tua (2-3 x ganti pembalut pada hari 1-3)
Konsistensi : encer
Flour albus : warna putih kekuningan, gatal, tidak bau, sedikit

b. Riwayat Perkawinan
Berapa kali : 1 x
Lama : 20 tahun
Umur saat kawin : 17 tahun

6. Riwayat KB
Ibu mengatakan selama menikah tidak pernah ikut KB apapun

7. Pola Aktifitas sehari-hari
Istirahat/tidur : Ibu mengatakan sebelum merasa nyeri ibu tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ± 8 jam, dan setelah merasa nyeri ibu tidur siang ± 1 jam dan tidur malam ± 7 jam
Makan/minum : ibu mengatakan makan 2x/hari dengan porsi sedang dan minum ± 6 – 7 gelas/hari
Merokok : Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai kebiasaan merokok
Minum obat penennag : Ibu mengatakan tidak pernah minum obat penenang apapun

Seksualitas : ibu mengatakan selama merasa nyeri ibu tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan suami
Personal hygine : ibu mengatakan ganti celana dalam 2x/hari, dan jika setelah BAB/BAK ibu membilasnya dengan air bersih.
Aktifitas : ibu mengatakan setelah merasa nyeri, ibu tidak bekerja yang berat.

8. Riwayat Psikososial.
Ibu merasa cemas dan takut karena adanya benjolan dan nyeri tekan pada daerah atas sympesis sebelah kanan dan ibu berharap penyakitnya dapat disembuhkan

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
- Keadaan Umum : baik
- Kesadaran : Composmentis
- Vital sign : TD : 120/00 mm Hg, N : 80x /mnt, S : 37º C, Rr : 18x /mnt
b. Pemeriksaan khusus
- Inspeksi
Kepala : rambut hitam, bersih, tidak ada benjolan, rambut ikal
Muka : tidak odema, tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ukterus
Mulut : bersih, tidak ada stomatis dan gigi tidak karies
Hidung : bersih, tidak ada secret dan polip
Telinga : simetris tidak ada serumen
Leher : tidak tanpak pembesaran kelenjkar linfe dan thyroid
Perut : tidak ada luka bekas oprasi
Axilla : tidak tanpak pembesaran kelenjar linfe
Mammae : simetris, bersih, putting menonjol
Genetalia : tidak ada varises dan odema
Extermitas : simetris, tidak ada odema dan varises
Seksualitas : Ibu mengatakan tidak ada gangguan selama berhubungan
- Palpasi
Abdomen : terasa benjolan diatas sympesis serta nyeri tekan

c. Pemeriksaan dalam
Tidak dilakukan

II. Interpretasi data dasar
Diagnose medis : myoma uteri
Ds : Ibu mengatakan teraba benjolan diatas sympesis sebelah kanan sejak 2 tahun yang lalu dan terasa nyeri
Do : Keadaan umum ibu baik
TD : 10/70 mm Hg, N : 80x/mnt, S : 37º C, Rr : 18x/mnt

III. Identifikasi diagnosa / masalah potensial
- Leiomiosarkoma (tumor ganas pada otot rahim)

IV. Identifikasi kebutuhan segera
- Kolaborasi dengan dokter

V. Pengembangan Rencana Tgl : 05 – 01 – 2009 Jam : 09.35 WIB
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
2. Atasi rasa cemas ibu berhubungan dengan penyakit yang diderita
3. Lakukan kolaborasi dengan dokter obgyn
4. Anjurkan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan lab
5. Anjurkan untuk rawat inap

VI. Implementasi Tgl : 05 – 01 – 2009 Jam : 09.40 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa Ibu menderita myoma uteri (tumor pada rahim)
2. Mengatasi rasa cemas ibu dengan cara memberikan motivasi dan dukungan bahwa penyakit ibu bisa di obati dan dapat disembuhkan dengan pengobatan yang lebih lanjut
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk menentukan diagnosa lanjut
4. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan pemeriksaan Lab
5. Menganjurkan ibu untuk rawat inap

VII. Evaluasi Tanggal : 05 – 01 – 2009 Jam : 09.45 WIB
1. Ibu mengerti mengenai penyakit yang dideritanya
2. Ibu merasa tenang karena telah diberi motifasi /semangat
3. Ibu mengerti dan mau untuk melakukan pemeriksaan lab
4. Ibu mau untuk dirawat inap.

Daftar Pustaka
1. Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kandungan, Jakarta : YBP – SP
2. Sulaiman Sastrowinata R. prof. 1981. Ginokologi, Universitas Padjajaran Bandung


ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny. “S” UMUR 35 TAHUN
DENGAN POST LAPARATOMI
K E T HARI KE II
DI RUANG VK BERSALIN RSD

PRODI D – III KEBIDANAN

LEMBAR PENGESAHAN

PADA Ny. “S” UMUR 35 TAHUN DENGAN POST LAPARATOMI KET HARI KE II DI RUANG VK BERSALIN RSD ............... MULAI TGL 22 – 27 DESEMBER 2008

Telah diperiksa dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :






Mahasiswa



( ........ (A) )
NIM ......

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek




( ) ( )





BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pengertian
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplikasi dan tumbuh tidak di tempat yangt normal, yakni dalam endometrium kavum uteri.
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan :
a) Tuba Fallopii
1) Pers interstisialis
2) Isthynus
3) Ampula
4) Infundi bulum
5) Fimbria
b) Uterus
1) Kanatis servikalis
2) Divertikulum
3) Koruna
4) Tanduk rudimenter
2. Etiologi
Fertilisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di ampula tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakkan ke kavum uteri dan di tempat yang akhir ini mengadakan inplantasi di endometrium. Keadaan pada tuba yang menghambat atau menghalangi gerakan ini dapat menjadi sebab bahwa implantasi terjadi pada endosalping.
Diantara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga blastoksida mengadakan implentasi di tuba ialah :
a) Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
b) Kelainan bawaan pada tuba, antara lain divertikulum, tuba sangat panjang dan sebagainya
c) Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal, perlekatan peri tuba, tekanan pada tuba oleh tumor dari luar
d) Abortus buatan
3. Diagnosis
Gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya kehamilan ektopik yang belum terganggu sulit untuk dibuat diagnosis.
Gejala-gejala yang perlu diperhatikan ialah :
a) Adanya amenorea : amenorea sering ditemukan walaupun hanya pendek saja sebelum diikuti oleh perdarahan, malah kadang-kadang tidak amenorea.
b) Perdarahan : gangguan kehamilan sedikit saja sudah dapat menimbulkan perdarahan yang berasal dari uterus. Perdarahan dapat berlangsung kontinue dan biasanya berwarna intan.
c) Rasa nyeri : nyeri perut merupakan gejala penting pada kehamilan ektopak yang terganggu rasa nyeri perut bagian bawah bertambah sering dan keras.
d) Kedaan umum penderita : tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari tuba, keadaan umum ialah kurang lebih normal sampai gawat dengan syok berat dan anemi.
e) Perut : pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah di sisi uterus, dan pada pemeriksaan luar atu pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak begitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tida rata disamping uterus.

Pemeriksaan – pemeriksaan untuk membantu diagnosis
Tes Kehamilan
Apabila hasil tes kehamilannya positif itu dapat membantu diagnosis khususnya trehadap tumor-tumor adneks, yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehamilan.
Laparoskopi
Merupakan cara yang paling penting untuk menentukan diagnosis kehamilan ektopik pada umumnya dengan cara pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata sendiri perubahan-perubahan pada tuba.
Ultrasonografi
Melalui pemeriksaan ultrasonografi dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium. Adanya massa di kanan atau kiri uterus dan apakah kavum douglasi berisi cairan.


Kuldosentesis
Kuldosentesis dilakukan dengan memasukkan jarum dengan lumen yang agak besar di kavum douglasi di garis tengah di belakang serviks uteri, serviks ditarik ke atas dan adanya darah di kavum douglasi.

4. Penanganan
• Setelah diagnosa ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat
• Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan
• Upaya stabilitasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL ( 500 ml dalam 15 menit pertama ) atau 2 l dalam 2 jam pertama ( termasuk selama tindakan berlangsung )
• Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini :
- Pastikan darah yang di tiap rongga abdomen telah melalui alat penghisap dan wadah penampung yang steril
- Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukkan ke dalam kantong darah ( blood bag )
- Transfusikan darah melalui selang transfuse yang mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan.
• Tindakan pada tuba berupa :
- Parsial salpingektomi yaitu melakukan aksisi tuba yang mengandung hasil konsepsi
- Salpingektomi ( hanya dilakukan sebagai upaya konservatif dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada ) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan bagian tersebut. Risiko tindakan ini adalah control perdarahan yang kurang sempurna ( hamil ektopik ulangan / rekurensi )
• Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang disebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien diberi antibiotika
• Untuk kondisi nyeri pasca tindakan dapat diberikan :
- Ketoprofen 100 mg supositoria
- Gramodoi 200 mg IV
- Pethidin 50 mg IV (siapkan antidotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
• Atasi anemia dengan tablet besi ( sf ) 600 mg per hari
• Konseling pasca tindakan
- Kelanjutan fungsi reproduksi
- Risiko hamil ektopik ulangan
- Kontrasepsi yang sesuai
- Asuhan mandiri selama di rumah
- Jadwal kunjungan ulang

Gambar Penilaian Klinik dan Penanganan Kehamilan Ektopik

KEHAMILAN EKTOPIK
Dugaan kehamilan Ektopik




ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “S’ UMUR 25 TAHUN
DENGAN POST LAPARATOMI KET HARI KE II
DI RUANG VK RSUD ..................

I. Pengkajian
Tanggal : 22 Desember 2008 Jam : 08.00 WIB
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. “S” Nama Suami : Tn “P”
Umur : 25 Tahun Umur : 35 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani Pekerjaan : Tani
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Alamat : Gapura Timur Alamat : Gapura Timur

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak datang bulan selama 2 bulan, perdarahan sedikit, nyeri tekan pada abdomen

3. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidka pernah menderita penyakit menular ( TBC, HIV/AIDS ) penyakit kronis ( Jantung, Hipertensi ) penyakit keturunan ( Asma, DM )

4. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit menular ( TBC, HIV/AIDS ) penyakit kronis ( Jantung, Hipertensi ) penyakit keturunan ( Asma, DM )

5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Mentruasi
Menarche : 12 tahun Dismenore : tidak pernah
Siklus/lama : 30 hari/6 – 7 hari Flour albus : tidak pernah
Warna : Merah tua

b. Riwayat Perkawinan
Status : Kawin Umur saat kawin : 15 tahum Lama : 20 tahun

c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Kehamilan Nifas Ket
Suami Kehamilan Uk Jenis Persalinan Peno
long Tempat JK BB KB penyulit Masalah laktasi
1 1 9 bln Spontan Bidan Rumah P 3000 gr - - - 10 th
2 Abor
3 H A M I L I N I tus

d. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah mengalami keguguran, ibu memakai KB suntik yang 3 bulan selama 2 tahun

6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Sebelum MRS : Ibu makan 2 – 3 x sehari, porsi sedang, menu nasi, sayur, ikan dan mnum air ± 5 – 6 gelas per hari
Selama MRS : Ibu makan ± 2x sehari, porsi sedikit, menu nasi, telur, tahu dan minum air ± 5 – 6 gelas per hari
b. Pola eleminasi
Sebelum MRS : Ibu BAB 1x 1 hari, warna kuning konsistensi lunak bau khas, dan BAK ± 3 – 4x 1 hari warna kuning jernih, bau khas
Selama MRS : Ibu tidak BAB, BAK ± 600cc per hari warna kuning jernih, bau khas

c. Pola Aktivitas
Sebelum MRS : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti: memasak, menyapu, mengepel, dll.
Selama MRS : Ibu hanya istirahat di tempat tidur

d. Personel Hygine
Sebelum MRS : Ibu mengatakan mandi 2x sehari, pakai sabun, sikat gigi, ganti baju dan celana dalam 2x sehari
Selama MRS : Ibu hanya dilap 2x sehari tiap pagi dan sore hari

7. Riwayat Psikologis dan spiritual
- Ibu merasakan cemas karena merasa sakit / nyeri pada perutnya
- Pengambilan keputusan dalam keluarga ada pada suami
- Hubungan ibu, suami, dan keluarga baik
- Ibu melaksanakan sholat 5 waktu dan rajin berdoa

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum : Lemah
- Kesadaran : Composmentis
- Vital sign : TD : 130/90 mm Hg, N : 90x /mnt, S : 368º C, Rr : 18x /mnt
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Kepala : bersih, penyebaran merata, tidak ada ketomber dan lesi
Muka : bersih, tidak odema, pucat
Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ukterus
Mulut : bersih, tidak ada stomatis dan karies gigi
Mammae : simetris, hyperpegmentasi pada areolla, papilla menonjol
Abdoment : ada bekas luka operasi
Genetalia : bersih, tidak ada varises dan odema
Extermitas : simetris, tidak ada odema dan varises


b. Palpasi
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, vena jungularis, arteri korotis
Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Abdoment : nyeri tekan abdoment (+), nyeri pada luka bekas operasi
Mammae : tidak ada nyeri tekan dan benjolan

3. Pemeriksaan penunjang
- Hb : 7,4 gram % Tes Kehamilan : +¬¬¬¬
- Thrombosit : 420.000/mm3
- Loukosit : 19.100/mm3
- PCV : 23%
- Waktu perdarahan : 1 menit
- Waktu pembekuan : 7 menit
- Gol. Darah : AB

II. Interpretasi data dasar
DX : Ibu 25 tahun dengan post op laparatomi KET hari ke II
Ds : Ibu mengatakan cemas karena rasa nyeri / sakit pada luka bekas operasi
Do : TD : 130/90 mm Hg, N : 90x/mnt, S : 368º C, Rr : 18x/mnt

III. Identifikasi masalah / diagnosa potensial
- Infeksi pada bekas luka operasi

IV. Identifikasi kebutuhan segera
- Kolaborasi dengan dokter / tim medis
- Perawatan pada luka bekas operasi

V. Rencana Tindakan / Intervensi Tgl : 22 – 12 – 2008 Jam : 08.05 WIB
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. “S” diharapkan rasa cemas ibu berkurang tidak terjadi infeksi pada luka bekas operasi, dan rasa nyeri pada luka bekas operasi bisa berkurang.
Kriteria hasil : - Kondisi kesehatan ibu membaik
- Kesadaran dan vital sign ibu normal
- Tidak ada infeksi
1. Jelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Jelaskan kepada ibu tentang cara mengurangi rasa nyeri pada luka bekas operasi
3. Anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri agar tidak terjadi infeksi pada luka bekas operasi
4. Anjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan tidak pantang pada makanan
5. Anjurkan kepada ibu untuk belajar bergerak / mobilisasi diri
6. Kolaborasi dengan dokter / tim medis untuk melanjutkan terapi
7. Anjurkan kepada ibu untuk meminum obat dengan teratur dan tepat waktu

VI. Implementasi Tgl : 22 – 12 – 2008 Jam : 08.10 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu saat ini lemah dan harus banyak istirahat
2. Menjelaskan kepada ibu tentang cara mengurangi nyeri pada luka bekas operasi yaitu dengan menarik nafas panjang
3. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri agar tidak terjadi infeksi pada luka bekas operasi, yaitu dengan membersihkan luka dengan menggunakan kasa yang sudah diberi betadin dan mengganti kasa minimal 2x sehari
4. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti (nasi, sayur, ikan, buah kalau perlu susu) dan tidak pantang pada makanan
5. Menganjurkan kepada ibu untuk belajar bergerak seperti : miring ke kanan dan kiri, duduk, berdiri dan berjalan
6. Kolaborasi dengan dokter / tim medis untuk terapi selanjutnya
- Infus RL
- Tranfusi darah 4 colf
- Injeksi cefotaxim 2 x 1 1gr
- Injeksi gramadol 3 x 1 ampul
- Injeksi alinamin f 2 x 1 ampul
7. Menganjurkan kepada ibu untuk meminum obat secara teratur dan tepat waktu

VII. Evaluasi Tanggal : 22 – 12 – 2008 Jam : 08.15 WIB
S : Ibu mengatakan rasa nyeri pada luka bekas operasi sudah berkurang
O : Keadaan umum ibu : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital sign : TD : 120/80 mm Hg, N : 88x/mnt, S : 368ºC, Rr : 24x/mnt
Δ : Ibu 35 tahun dengan post operasi laparatomi hari ke II
P : Intervensi dilanjutkan


Tanggal : 23 – 12 – 2008 Jam : 06.30 WIB
S : Ibu mengatakan rasa nyeri pada luka bekas operasi berkurang
O : Keadaan umum ibu : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital sign : TD : 120/80 mm Hg, N : 88x/mnt, S : 368ºC, Rr : 24x/mnt
Δ : Ibu 35 tahun dengan post operasi laparatomi hari ke III
P : Intervensi dilanjutkan



ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT
PADA AN “S” DENGAN DEMAM TYPOID
DI RUANG ANAK
RSD. ........................



Disusun Oleh :.............

NIM. ................


PRODI D-III KEBIDANAN
POLTEKES ............


LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan kebidanan pada An. “S” umur 4 tahun dengan demam typoid di ruang anak RSUD .....

Telah diperiksa dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :



Mahasiswa :............


NIM : .................





Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek

6. Komplikasi
Perdarahan pada usus, Perforasi, Peritonitis, meningitis, kolisis titis ensefolopati, brangkopne umonia, hepatitis.
7. Penata laksanaan
• Tirah baring total selama demam sampai dengan dua minggu normal kembali. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya berdiri dan berjalan
• Makanan mengandung cukup garam, kalori dan tinggi protein tidak boleh makan makanan yang mengandung serat. Tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas
• Obat terpilih adalah kloramfanikol 29/hari, kloramfenikol tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit ≤ 2000 /UL bila pasien alergi dapat diberikan golongan penisilin atau kotrimoksazol.


BAB II
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK SAKIT


No. Register :
MRS : 26-12-2008
Pengkajian : 26-12-2008
Jam : 21.00 wib

I. Pengkajian
A. Biodata
1. Nama anak : AN “S”
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : Pertama
Jumlah saudara : -
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status anak : Anak kandung

2. Nama ibu : Ny “R”
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Suku / bangsa : Madura / Indonesia
Alamat : Lenteng

3. Nama ibu : Tn “M”
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Suku / bangsa : Madura / Indonesia
Alamat : Lenteng

B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa anaknya panas sudah 6 hari, mual, saki perut, dan nafsu makan menurun.

C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
a. Obat-obatan yang terakhir dipakai
Ibu mengatakan selama lahir tidak pernah mendapatkan asupan obat-obatan
b. Perjalanan penyakit dari awal sampai akhirnya dibawa kepelayanan kesehatan
Ibu mengatakan selama perjalanan dari rumah menuju kerumah sakit anaknya panas dan mual

2. Riwayat Penyakit Dahulu
• Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak pernah menderita penyakit panas, batuk, pilek dll
• Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak pernah alergi terhadap obat / makanan

3. Riwayat Penyakit Keluarga
• Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS), kronis (jantung, hipertensi), Keturunan (Asma, DM)

4. Riwayat Antenatal
a. Kesehatan selama dalam kandungan
Ibu mengatakan selama hamil kesehatannya baik-baik saja karena rajin memeriksakan kandungannya
b. Penyakit yang diderita ibu sewaktu hamil
Ibu mengatakan bahwa dalam kehamilan anaknya ibu tidak menderita penyakit apapun
c. Obat atau jamu yang di minum ibu
Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah mengkonsumsi obat atau jamu, ibu hanya mengkonsumsi obat tambah darah (fe)
d. ANC 4 kali di bidan
e. Imunisasi TT 2x

5. Riwayat natal
a. Umur kehamilan : 9 bulan
b. Tempat kelahiran : Rumah bidan
c. Lama persalinan : 2 jam
d. Cara persalinan : Spontan
e. Penolong persalinan : Bidan
f. Komplikasi persalinan : t.a.a

6. Riwayat neonatal
a. Apgar score : 7 – 8
b. Pernah kejang : Tidak pernah
c. Perdarahan : t.a.a
d. Pb / Bb lahir : 49 / 3200 gram

7. Riwayat post natal
a. Lamanya perawatan di Bps : 6 jam
b. Penyakit setelah lahir : t.a.a

8. Riwayat imunisasi
a. BCG : Pernah (usia 1 bulan)
b. DPT I, II, III, : Pernah (usia 2 bulan)
c. Polio I,II,III,IV : pernah (usia 9 bulan)
d. Hepatitis : pernah (usia 2 bulan)

9. Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan
- Ibu mengatakan anaknya bisa berjalan dengan normal
- Ibu mengatakan bahwa anaknya mendapat asuhan nutrisi yang baik
b. Perkembangan
- Motorik kasar : anak bisa berjalan, melangkah dan berlari
- Motorik halus : anak bisa bicara dengan lancer, baik dan jelas
- Bahasa : anak bisa berinteraksi dengan sekitarnya

10. Riwayat psikososial
*. Ibu mengatakan bahwa anaknya dirawat dan diasuh berdua dengan suami
* Anak lebih dekat dengan ibunya
Jumlah anggota keluarga ada 3 orang yaitu : ibu ayah anak

Pola kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
Sebelum sakit : Anak makan ± 3 x sehari, porsi sedang, menu nasi, sayur, ikan
Dan minum air ± 4 – 5 gelas perhari
Selama sakit : Anak makan ± 2 x sehari. Porsi sedikit, menu, nasi, sayur,
Ikan dan minum air ± 3 -4 gelas perhar

2. Istirahat / tidur
Sebelum sakit : anak tidur siang ± 2 jam, dan malam ±7-8 jam/hari
Selama sakit : anak tidur siang ± 1 jam, dan malam ± 6 -7 jam/hari

3. Personal hygine
Sebelum sakit : Anak mandi 2 x sehari, ganti baju 2 x/hari
Selama sakit : anak hanya di lap 2 x sehari, pagi dan sore

4. Eliminasi
Sebelum sakit : anak BAB 1 x perhari dan BAK ± 4 -5 x / hari
Selama sakit : anak tidak BAB, dan BAK ± 5-6 x/hari


5. Aktivitas
Sebelum sakit : Anak bermain dan belajar
Selama saakit : anak istirahat ditempat tidur

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
 Kepala
Mata : Simetris, seklera tidak ikterus, konjungtiva anemis
Telinga : simetris, tidak ada serumen, bersih
Hidung : bersih, tidak ada secret
Mulut/gigi : bersih, tidak ada stomatitis, dan kories gigi

 Leher
Tenggorokan : normal
Tonsil : normal
Pembesaran kelenjar : t.a.a
Peningkatan pada vena jungularis : t.a.a

 Dada
Thorax : Simetris
Jantung : Bunyi jantung normal
Paru-paru : tidak ada ronchi dan wheezing

 Perut
Luka bekas oprasi : t.a.a
Bising usus : Normal
Nyeri tekan : ada nyeri tekan
Turgor : Kembali dalam dua detik normal

 Punggung
Atas : Simetris, akral hangat
Bawah : Simetris, Akral hangat
 Kulit
Adema dan turgor : tidak odema dan turgor baik
 Antropametri
BB : 19 Kg, TB : - Lila : -
 TTV
Td : - N : 98 x /mnt, S : 384 OC Rs : 24 x
 Data penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hb 9.89/dl L : 13,4 – 17,7
P : 11,4 – 15,1
Leukosit 9500/mm3 4000 – 11000
Trombosit 390.000/mm3 1500 – 400.000
PCV 30% L : 40 – 50
P : 35 – 45

Typhus O Positif
Typhus H Positif
P. Typhus A Positif
P. Typhus B Negatif

 Terapi
- Terapi tanggal 27 – 12 – 2008
Dipasang infuse Ds ¼ 100 cc / hari + Kcl 10 cc / kolf
* Obat injeksi
- Chioramp 4 x 1/3 g
- Rantin 3 x ¼
- Cefo 3 x 1/3 g
- Salmol 3 x 175 g

- Tanggal 28 – 12 – 2008
* Obat injeksi
- Cefo 3 x 1/3 g
- Colsan 4 x 350 mg
- Rantin 3 x ¼ amp
II. Interpretasi Data Dasar
Analisa data
NO Data DS/DO Masalah Keperawatan Etiologi
1. Nyeri pada perut bila - Peningkatan suhu tubuh - proses infeksi
Ditekan tidak bisa tidur
DS. : Ibu mengatakan anaknya
Panas
DO : S : 384 oC
N : 98 x /menit
Bibir : Kering
Kulit : Panas

2. DS : Ibu mengatakan anaknya - Pemenuhan kebutuhan - inta
Rewel menangis, makan se- nutrisi take in ad
Sedikit, Porsi sedikit ekuat
DO : Mata agak cowong
Bibir kering

3. DS : Ibu mengatakan anaknya - gangguan rasa nyaman - Nyri per
panas ± 6 hari yang lalu, rut.
tidak makan mulai kemarin,
badannya lemas, mual dan sakit
Perut
DO : K/U : Lemah
Kesadaran : Composmentis
BB : 11 kg
Menangis : positif
Rewel : Positif
Nyeri tekan pada perut tidak
bisa tidur
Masalah : Peningkatan suhu tubuh
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan selama 1 x 24 jam diharapkan demam / panas teratasi dengan terapi yang sudah diberikan
Kriteria hasil :
Akrol hangat
- Suhu badan kembali normal (36 – 37oC)
- Mukosa mulut basah

III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
- Perdarahan pada usus
- Perforasi usus, peritonitis

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
- Pasang infuse
- Diet makanan
- Betres total

V. Pengembangan Rencana tanggal : 29 – 12 2008 jam : 21.05 wib
- Lakukan pendekatan dengan keluarga R/ agar terjadi hubungan yang baik antara klien dengan petugas pasien
- Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R/ dengan menyelesaikan hasil pemeriksaan diharapkan ibu mengerti dengan keadaan kondisi anaknya.
- Anjurkan ibu untuk mengompres anaknya
R/ diharapkan bisa membantu mempercepat mengurangi panas
- Berikan HE tentang :
- Kebersihan makanan
- Nutrisi
R/ dengan menjaga kebersihan makanan bisa mencegah masuknya kuman penyakit
- Kolaborasi dengan dokter / tim medis dalam pemberian terapi
R/ untuk mencegah komplikasi dan penanganan lebih lanjut.
VI. Implemintasi tanggal 29-12-2008 jam : 21.10 wib
DX : anak sakit dalam 4 tahun dengan demam tipoid
Implimentasi :
1. Melakukan pendekatan pada keluarga pasien / klien dengan cara menyapa pasien dengan ramah
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu / keluarga Px
3. Menganjurkan kepada ibu untuk mengompres anaknya
4. Menjelaskan HE tentang :
• Kebersihan diri : setiap kali makan dan sesudah makan dibiasakan mencuci tangan
• Kebersihan makanan : menutup makanan dan minuman
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
- infus Dc ¼
- Injeksi cefo 3 x 1/3 gr
- colsan 4 x 350 mg

VII. Evaluasi Tanggal 12-2008 jam 21.15 wib
- Ibu/keluarga Px sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan petugas kesehatan mengenai keadaan anaknya
- Ibu mengatakan bersedia untuk mengompres anaknya
- Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan bidan mengenai kebersihan makanan dan akan melakukan di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansyur Arief. Dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke dua, Jakarta. Penerbit Media Aesculapius FKUI 2000
2. Wahidayat, Iskandar. Dr.Prof. Dkk, 1085. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Penerbit FKUI.



ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “R” DENGAN DIAGNOSA MEDIS MIOMA UTERI
DI POLI KANDUNGAN RSUD ............




DISUSUN OLEH ..........
NIM ..............


PRODI DIII
POLTEKES KESEHATAN

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan kebidanan pada ny. “R” dengan diagnose mendis “Nyoma Uteri”
Di poli kandungan RSUD ............
Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal :



Mahasiswa ............

NIM : ...........


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek


___________________ __________________
Nip Nip

LAPORAN PENDAHULUAN
IBU
DENGAN MYOMA UTERI

Merupakan jenis tumor uterus yang paling sering disangka bahwa 20% dari wanita berumur 35 tahun menderita myoma uteri. Walaupun tidak disertai gejala gejala.
Myoma uteri tidak pernah terjadi setelah menopause, bahkan yang telah adapun biasanya mengecil bila mendekati masa menopause bila nyoma uteri bertambah besar pada masa postmenopause, harus difikirkan kemungkinan terjadi diagnosi moligna (sarcoma).
Sering juga disebut fibroid walaupun asalnya dari jaringan otot dapat bersifat tunggal atau ganda, dan mencapai ukuran besar (100 pon) konsistensi keras, dengan batas kapsel yang jelas, sehingga dapat dilepaskan disekitarnya.

Etiologi dan Histogenesis
Penyebabnya belum jelas tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum matang disangka bahwa oestrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar diterangkan apa sebabnya pada seorang wanita. Destrogen menyebabkan myoma, sedang pada wanita lain tidak padahal kita ketahui bahwa oestrogen dihasilkan oleh semua wanita.

Patologi Pertumbuhan Nyoma Uteri.
Berdasarkan teori genitoblost (sel mest) meyer dan de snood an rangsangan terus menerus setiap bulan dari estrogen muka pertumbuhan myoma uteri terjadi :
1. Berlapis seperti berombing
a. Subserosa
- Ddibawah lapisan peritoneum
- Dapat bertangkai dan melayang dalam kavum (abdomen)
b. Intra mural
- Didalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan)
c. Submokosa
- Dibawah lapisan dalam rahim
- Memperluas permukaan ruangan rahim
- Bertangkai dan dapat dikeluarkan melalui kanalis servikalis
d. Servikal nyoma
- Tumbuh di daerah serviks uteri

Gejala Klinik Myoma Uteri
Gejala klinik uteri adalah :
1. Perdarahan tidak normal
- Hipermenora / perdarahan banyak saat saat minstruasi karena :
• Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
• Gangguan kontraksi otot rahim
• Perdarhan berkepanjangan
2. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran nio uteri dapat terjadi :
- Terasa berat di abdomen bagian bawah
- Sukar miksi / defekasi
- Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada kehamilan
Kehamilan yang diderita dengan myoma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi yaitu antara lain.
- Kehamilan dapat mengakibatkan keguguran
- Gangguan saat peroses persalinan
- Tertutupnya saluran indung tulur menimbulkan infertelitas.

Diagnosa
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak digaris tengah ataupun agak kesamping, seringkali teraba benjol-benjolan myoma subseroum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus.
Myoma intramural akan menyebabkan kovum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan uterus sonde, myoma submukosum kadang-kadang dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam kanalis servikalis. Dan terasa benjolan pada permukaan kovum uteri.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdoment dibagian bawah atau panggul ialah myoma subserosum. Dan kehamilan, myoma submokosam yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversion uteri, myoma intramural harus dibedakan dnegan suatu edenomiosis, sarkoma uteri. USB abdominal dan tranvaginal dapat membantu dan menegakkan dengan klinis.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh berbagai enteropaktogen termasuk bakteri, virus dan parasi, bisa juga karena malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastro intestinal/ penyakit lain diluar saluran pencernaan tetapi sekarang lebih dikenal dengan penyakit diare.
Penyakit diare merupakan penyakit menular dan sulit disembuhkan. Penyakit ini dapat terjadi komplikasi seperti dehidrasi, berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekun, selaput lendir dan mulut tampak kering. Pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala jantung menjadi cepat dan kecil, tensi menurun dan kesadaran pasien sangat lemah.

1.2 Tujuan
1.2.1 tujuan umum
Mahasiwa diharapkan mampu menerapkan asuhan kebidanan pada anak yang diare
1.2.2 tujuan khusus
- Mahasiswamampu melaksanakan pengkajian data pada anak dengan diare.
- Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dasar pada anak dengan diare.
- Mahasiswa mampu membuat identifikasi masalah potensial pada anak dengan diare.
- Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan segera pada anak dengan diare
- Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan kebidanan disertai rasionalisasi dan intervensi pada anak dengan diare.
- Mahasiswa mampu melaksanakan yang telah direncanakan pada anak dengan diare.
- Mahasiswa mampu mengevaluasi pada anak dengan diare.


1.3 Ruang Lingkup
Asuhan kebidanan ini dilaksanakan sesuai dengan program dari tempat pendidikan dan tempat praktek yang ditujukan adalah Rumah Sakit Bunda Surabaya mulai tanggal 15-20 desember 2008.

1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Ruang Lingkup
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Diare
`2.2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan
BAB III Tinjauan Kasus
3.1 Pengkajian
3.2 Tujuan
3.3 Ruang Lingkup
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi


BAB IV Penutup
4.1. Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR DIARE
2.1.1 Pengertian
Diare adalah gangguan penyakit yang ditandai dengan seringnya buang air besar yang berair. (Muda, Ahmad. A.K,2003 )
Diare adalah buang air besar lebih dari empat kali sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak. (Widjaja, dr. M.C. 2002)
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada pagi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapt pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. (Ngas Tiyah.1997)
2.1.2 Penyebab Diare
a. Faktor Infeksi
- infeksi bakteri oleh kuman E. Coli Salmonella, Vibrio, Vibrio Cholerae (kolera) dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik (manfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti pseudomonas.
- Infeksi Basil/ Disentri
- Infeksi Venus entero virus dan adeno virus
- Infeksi parasit oleh cacing (askaris)
- Infeksi jamur (candidiasis)
- Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan radang tenggorokan
- Keracunan makanan
b. Faktor Malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat
- Malabsorbsi lemak
c. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayur), dan kurang matang.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika pada anak dapat menyebabkan diare kronis.
2.1.3 Jenis Diare
1. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu tetapi gejalanya dapat berat. Yang Penyebabnya sebagai berikut :
o Ganguan jasad renik yang berkembang pesat
o Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
o Kelebihan cairan usus akibat racun
2. Diare kronis/ menahun atau persisten
Pada diare menahun (kronis ) kejadiannya lebih komplek, berikutnya beberapa factor yang menimbulkannya terutama jika sering berulang pada anak.
o Gangguan bakteri, jamur dan parasit
o Malabsorbsi kalori
o Malabsorbsi lemak



2.1.4 Gejala dan akibat diare
1. Gejala
 Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badannya pun meninggi.
 Tinja bayi encer, berlendir dan berdarah
 Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
 Anusnya lecet
 Gangguan gizi akibat infeksi (asupan) makanan yang berkurang
 Muntah sebelum atau sesudah diare
 Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
 Dehidrasi (kekurangan cairan)
2. Akibat diare
 dehidrasi
o Dehidrasi akan menyebabkan ganguan keseimbangan metabolism tubuh, ganguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi
2. Pengobatan dietetik
 anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan BB < 7 kg
o susu (ASI atau PASI yang mengandung lactose rendah)
o makanan setengah padat (bubur susu)
o susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa
 untuk anak diatas 1 tahun dengan BB >7 kg
o makanan padat atau makanan cair/ susu cair dengan kebiasaan makan dirumah
3. Obat-obatan
 Obat anti sekresi
Asetosal : dosis 25 mg/ kg BB dengan dosis min 30 mg
 Klorpormazim, dosis 0,5- 1 mg/ kg BB/hr
 Obat anti spasmolitik
Papaverin, ekstra beladona, opium, loperamit, dsb, tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut
 Obat pengeras tinja
Kololin, dektrim, charcoal, kabonal, dsb, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare
 Pada umumnya antibiotic yang diperlukan untuk mengatasi diare akut kecuali bila penyebabnya jelas seperti
kolera tetrasiklin 25-50 mg/ kg BB/hr
compyeobagfer brotromisin 40-50 mg/ kg BB/hr
(Hasan, Ruseno,1985)
2.1.5 Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan mikrokopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet klinites, bila diduga terdapat intoleransi gula
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan ganguan keseimbangan asam basa dalam darah dan menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah
3. Pemeriksaan kadar ureum dan caratinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum
5. Pemeriksaan lakulbasi duo denum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronis
2.1.6 Pengobatan dasar
Dasar pengobatan dari diare adalah
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
a. Jenis cairan
- Jenis cairan
o Formula lengkap mengandung Nacl, NaHCO3, Kcl dan glukosa
o Formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung Nacl dan glukosa atau karbohidrat lain misalnya larutan gula garam
- Cairan parenteral
o DG aa (1 bagian larutan darrow + 1 bagian glukosa 5%)
o RL 9 ( 1 bagian ringer laktat + 1 bagian glukosa 5%)
o RL (Ringer Laktat)
o 3 00 (1bagian Nacl 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian Na-laktat 1/6 mal/i)
o DE 1:2 (1 bagian larutan dorrow + 2 bagian glukosa 5%)
o Gian Rlg 1:3 (1 bagian ringer laktat + 3 bagian glukosa + 100 %)
o Cairan 4:1 ( bagian glukosa 5-10% + NaHCO3 1 ½ % atau glukosa 5-10% 1 bagian N acl 0,9%)
b. Jalan pemberi cairan
o Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum dan kesadaran baik
o Intragastik untuk dehidrasi ringan sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum atau kesadaran menurun
o Intravena untuk dehidrasi berat
c. Jumlah cairan
Table 1 : jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak umur 2-5 tahun
Derajat dehidrasi DWL * NWL ** CWL *** jumlah
Ringan
Sedang
Berat 30
50
80 80
80
80 25
25
25 135
155
185

Tabel 2 : jumlah cairan yang hilang pada dehidrasi berat badan penderita dan umur
Berat badan umur DWL * NWL ** CWL *** jumlah
30 kg
3-10 kg
10-15 kg
15-25 kg 1 bln
1 bln- 2th
2-5 th
5-10 th 150
125
100
80 125
100
80
85 25
25
25
25 30
250

Keterangan:
*DWL : Drevious Water Losses (ml/kg BB)
** NWL :Normal Water Losses (ml/kg BB)
*** CWL : Concomitant Water Losses (ml/kg BB)

d. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan
 Belum ada dehidrasi
o Oral sebanyak anak Mu minum atau setiap kali BAB
o Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
 Dehidrasi ringan
o 1jam pertama 50-100 ml/ kg/BB intragastrik
o Selanjutnya 125 ml/kg/BB/aria tau al libitum
 Dehidrasi berat
o Untuk anak 1bln-2th dengan BB 3-10 kg 1jam pertama, 40 ml/kg BB 1jam. 10 tetes/kg BB/menit (1 ml, 15 tetes). 1jam kemudian, 12 ml/kg/ BB/ menit (1 ml, 20 tetes). 16 jam kemudian, 125 ml/kg/BB/ oralit peroral/ intragastrik
o Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dg BB 10-15 kg
1jam pertama : 30 ml/kg BB//jam, 8 tetes /kg/BB/menit (1ml:15 tetes)
7 jam kemudian : 10 ml/kg BB//jam : 3 tetes /kg bb/mnt (1 ml :20 tetes). 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral/intragastrik
o Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dg BB 15-25 kg
1jam pertama : 20 ml/kg BB//jam, 5 tetes /kg BB/menit (1ml:15 tetes)
7 jam kemudian : 10 ml/kg BB//jam : 2 ½ tetes /kg BB/mnt (1 ml :20 tetes). 16 jam berikutnya : 105 ml/kg BB oralit peroral bila anak tidak mau minum dapat diberikan dengan DG aa intravena 1 1 tetes/ kg BB/menit
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN
2.2.1. Pengertian
 Konsep dasar asuhan kebidanan adalah, aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan khususnya dalam bidang KIA/KB
 Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemu-penemuan, keterampilan dan rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengembalian suatu keputusan yang berfokus pada klien.
2.2.2. Langkah-langkah proses asuhan kebidanan
1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interprestasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini meliputi data subyektif dan hasil pemeriksaan.
2. Menginterprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnose / masa lalu.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau masalah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan
3. Mengidentifikasi diagnose atau masalah
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial berdasarkan diagnose atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien
5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Dalam rangka ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
6. Implementasi
Pada langkah keenam ini asuhan rencana menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan dengan efisien dan aman
7. Evaluasi
Pada langkah ketujuh dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnose dan masalah
Tabel 1 Derajat Dehidrasi Batasan WHO
(World Health Organization)
Tanda dan gejala Dehidrasi Ringan Dehidrasi Sedang Dehidrasi Berat
Keadaan umum Sakit, gelisah, haus Gelisah, ngantuk, rewel Ngantuk, lemas, dingin, berkeringat, pucat dapat pingsan
Denyut nadi Normal kurang dari 120x/menit Cepat dan lemah 120-140x/menit Cepat, halus, kadang tidak teraba
Pernafasan normal Dalam tapi cepat Dalam, cepat
Ubun-ubun normal Cekung Sangat cekung
Kelopak mata ada Cekung Sangat cekung
Selaput lendir lembab Kering Sangat kering
Elastisitas kulit Jika dicubit segera akan kembali normal Untuk kembali normal lambat Untuk kembali normal sangat lambat
Air seni normal Berkurang, berwarna tua Sangat lambat/ tidak kencing

 Ganguan pertumbuhan
Ganguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluaran zat gizi terus berjalan (Widjaja dr, m.c. 2002)



BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian Data
Tanggal 15 desember 2008 jam: 08.00 wib
A. Data subyektif
1. Biodata
Nama klien : Anak “F”
Jenis kelamin : laki-laki
Tanggal lahir : -
Umur : 1 tahun 11 bulan
Anak ke : kedua
Jumlah saudara laki-laki/ perempuan :1
Pendidikan : -
Agama : Islam
Status anak : kandung
Identitas orang tua
Nama Ibu : Ny “E” Nama Bapak : Tn “S”
Umur : 25 th Umur : 35 th
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : talang -saronggi Alamat : talang -saronggi
2. Alasan kunjungan/ keluhan utama
Ibu klien mengatakan ingin memeriksakan anaknya yang panas 2 hari panas, cengeng gelisah, nafsu makan menurun, tinja cair, berat badan menurun, hari pertama diare 5x /hari, hari kedua 5x/hari.
3. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya panas, mencret (diare) sejak tadi pagi

4. Riwayat penyakit yang lalu
Ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai penyakit menular, menahun dan menurun, seperti, hepatitis, DM, hipertensi, jantung, asma dan lain-lain.
5. Riwayat penyakit keluarga
Ibu klien mengatakan bahwa dari keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit turunan seperti, DM, hipertensi, jantung, asma dan tidak ada keturunan kembar
6. Riwayat antenatal
a. Kesehatan selama dalam kandungan:
Ibu mengatakan selama hamil kesehatan ibu baik-baik saja karena rutin memeriksakan kehamilannya pada bidan .
b. Penyakit yang diderita selama ibu hamil :
Ibu mengatakan dalam kehamilan anaknya ibu tidak menderita suatu penyakit apapun.
c. Obat atau jamu yang pernah diminum ibu:
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah mengkonsumsi jamu, hanya mengkonsumsi Fe.
d. ANC 8 kali,
Dimana : Bidan
e. Imunisasi TT : lengkap (3x)
7. Riwayat natal
a. Umur kehamilan : 9 bulan
b. Tempat kelahiran : rumah bidan
c. Lama persalinan : 1 jam
d. Cara persalinan : spontan
e. Menolong persalinan : Bidan
f. Komplikasi waktu lahir : -
g. Obat-obat yang digunakan : -
8. Riwayat neonatal
a. Apgar Score : 7-8
b. Pernah kejang : tidak pernah
c. Pernah mengalami kelumpuhan : tidak pernah
d. Pendarahan : Intra cranial
e. PB/BB lahir : 3300 gr/50 cm
f. Gangguan / kelainan saat lahir : -
9. Riwayat Post Natal
a. Lamanya perawatan di RS/BPS/PKM : -
b. Penyakit setelah lahir : -
10. Riwayat Imunisasi
a. BCG : pernah (usia 1 bulan)
b. DPT I,II,III : pernah (usia 2 bulan)
c. Polio : pernah (usia 1,2 bulan)
d. Campak : -
e. Hepatitis I,II,III : pernah (usia 1,2 bulan)
11. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan
1). Pendengaran : Baik (usia 2 bulan)
2). Mengangkat Kepala : Baik (usia 4 bulan)
3). Telungkup : Baik (usia 5 bulan)
4). Merangkak : Baik (usia 6 bulan)
5). Duduk Sendiri : Usia 8 bulan
6). Berdiri : Usia 9 bulan
7). Berjalan dengan dibantu : Usia 10 bulan
8). Berjalan sendiri : Usia 1 Thn 2 bulan
9). Berbicara : Usia 1 Thn 4 bulan
10). Keadaan gizi : Baik
11). Gangguan tumbuh kembang : -
12. Perkembangan
1) Motorik Kasar : Baik (usia 1 Thn)
2) Motorik Halus : Baik (usia 1 ½ Thn)
3) Reflek
a) Moro : Baik
b) Tonic nek : Baik
c) Falmal graps : Baik
d) Walking : Baik
e) Rooting : Baik
f) Soeking : Baik
13. Riwayat Psikososial
a. Hubungan dengan saudara : Baik
b. Hubungan dengan keluarga : Baik
c. Hubungan dengan teman : -
d. Hobby : -
e. Sosial budaya : _
f. Siapa pengasuh atau orang terdekat : Ibu
g. Jumlah anggota keluarga 3 terdiri dari Ibu, Ayah, Anak
14. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola nutrisi
Sebelum MRS : Ibu mengatakan anaknya minum minum air putih ditambah dengan susu formula ± 2 botol /hari (120 cc/botol) dan bila menangis selalu diberikan
Selama MRS : Ibu mengatakan anaknya minum air putih ditambah dengan susu formula ± 3 botol /hari (120 cc/botol) dan bila menangis selalu diberikan
b. Pola istirahat
Sebelum MRS : ibu mengatakan anaknya tidur siang ± 3 jam/ hari dan tidur malam ± 9 jam/hari
Selama MRS : ibu mengatakan anaknya tidur siang ± 2 jam/ hari dan tidur malam ± 9 jam/hari
c. Pola eliminasi
Sebelum MRS : ibu mengatakan anaknya BAB ± 1x/ hari dengan konsistensi lembek, warna kuning terssuli dan BAK ± 8x/ hari dengan warna kuning jernih
Selama MRS : ibu mengatakan anaknya BAB ± 4x/ hari dengan konsistensi cair,terdapat lendir, tidak ada ampas dan darah. BAK ± 10x/ hari dengan warna kuning jernih
d. Pola personal nygiene
Sebelum MRS : Ibu mengatakan anaknya mandi 2x/hari, ganti baju 2x/hari dan setiap kali anaknya habis BAB/ BAK selalu diceboki dengan air sabun, ganti celana dalam setiap basah
Selama MRS : Ibu mengatakan anaknya mandi 2x/hari, ganti baju 2x/hari dan setiap kali anaknya habis BAB/ BAK selalu diceboki dengan air sabun, ganti celana dalam setiap basah

B. Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran : composmentis
Keadaan umum : lemas
BB : 7 Kg
TB : 80 Cm
TTV : Nadi :120 x/menit
Suhu : 38 oc
RR : 30 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : bersih, bentuk normal, tidak ada kelainan
Rambut : bersih, hitam, tipis dan tidak rontok
Mata : conjungtiva : merah muda
Sclera : tidak ikterus
Cowong : tidak ada
Hidung : tidak ada secret, tidak ada pembesaran polip, tidak ada nyeri tekan
Telinga : simetris, tidak ada serum
Mulut : tidak ada stomatitis, bibir tidak kering
Leher : kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran
Vena jugularis : tidak ada pembesaran
Badan : simetris tidak ada benjolan
Abdomen : bising usus (+), tidak ada nyeri tekan, kembung (+)
Kulit : turgor baik
Tonus otot : baik
Genetalia : bersih
Anus : sedikit kemerahan
Ekstremitas atas/bawah : - odena : - / -
- varises : - / -
Data Penunjang
Hb : 10.5
Lekosit : 13.000/mm3
Trombosit : 320.000/mm3
PVC : 31%
II. INTERPRESTASI DATA DASAR
Analisa Data
Tanggal/jam Data Dasar Diagnosa
15-12-2008
08.00 wib
DS: Ibu mengatakan anaknya panas 2 hari
BAB 5x/hari dengan konsistensi cair,
berlendir, tidak ada darah
DO: kesadaran : composmentis
KU : Lemas
TTU : Nadi : 120x/mnt
Suhu : 387 oc
RR : 30x/menit
Berat badan : 7 kg
Tinggi badan : 80 cm
Abdomen : bising usus (+),tidak
Ada nyeri tekan,
Kembung (+)
Turgor kulit : menurun
BAB : cair, berlendir Anak “F”
Umur 1 tahun 11 bulan
Dengan diare


Masalah : Gangguan keseimbangan cairan
Kebutuhan : penanganan
 Jenis cairan
 Jumlah cairan
 Jadwal pemberian cairan


III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi dehidrasi sedang

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
- perbaikan intake cairan
- kolaborasi dengan dokter

V. PENGEMBANGAN RENCANA
Tgl/jam Diagnose Intervensi Rasional
15-12-08 Anak sakit usia 9 bulan dengan diare Tujuan : Setelah Dilakukan Asuhan Kebidanan Selama ± 30 Menit Diharapkan Keadaan Anak Dapat Membaik.
Criteria Hasil:
Ku : Baik
TTV : Nadi : 120-160x/Mnt
Suhu : 36,5-37,5 Oc
Rr : 30-60x/Menit
BAB : 2x /hari
Turgor kulit : baik
Mata : tiadak cekung
Abdomen : bising usus 15-35x/mnt, tidak kembung
Intervensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik

2.Jelaskan hasil pemeriksaan Ibu klien

3.Anjurkan ibu untuk lebih mengencerkan susu formula dengan perbandingan 1:2


4. berikan HE tentang
- personal Hygiene

- kebersihan botol susu

- nutrisi

5. Anjurkan klien untuk kembali 3 hari lagi jika klien masih atau jika sewaktu-waktu ada keluhan
6. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi


1. Agar dapat terjalin hubungan yang baik antara klien dengan petugas kesehatan
2. dengan menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu diharapkan ibu mengerti entang kondisi anaknya
3. dengan menganjurkan ibu untuk mengencerkan susu formula dengan perbandingan 1:2 diharapkan penyerapan laktosa lebih sedikit sehingga tidak terjadi diare
4.- dengan personal hygiene yang baik diharapkan pasien tidak mengalami infeksi genetalia
- agar tidak menambah kuman yang masuk dalam tubuh sehingga tidak terjadi diare
- dengan pemberian nutrisi yang adekuat diharapkan pasien cepat sembuh
5. untuk melihat apakah ada kemajuan terapi dengan sebelum terapi
6. untuk mencegah komplikasi dan penanganan lebih lanjut

VI. IMPLEMENTASI
Tgl/jam diagnosa Implementasi
15-12-08
09 00 wib
09.15 wib
09.30 wib

09.45 wib

10.00 wib

10.15 wib Anak skit 1 tahun 11 bulan dengan diare 1. Melakukan Pendekatan Terapeutik Pada Klien Dengna Cara menyapa Pasien Dengan Ramah
2.Menjelaskan Hasil Pemeriksaan Pada Ibu Klien
3. Menganjurkan ibu untuk mengencerkan susu formula dengan perbandingan 1:2 (satu sendok susu : 60 cc air)
4. memberikan HE tentang
- personal hygiene : setelah BAK/BAB cebok dengan sabun dari arah depan ke belakang
- nutrisi : untuk memberikan oralit setiap habis BAB.
- kebersihan botol susu : membersihkan botol susu dengan air panas agar tetap terjaga kebersihannya
5. Menganjurkan klien untuk kembali 3 hari lagi yaitu tanggal 15 juli 2008, jika diare tidak berkurang atau jika sewaktu-waktu ada keluhan
6. melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Syrup nervom : 3x ½ sendok
Syrup Guanistrepi : 3x ½ sendok


VII. EVALUASI
Tanggal : 15 desemberi 2008 jam : 10.30 wib

S : Ibu klien mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan tentang keadaan anaknya

O : Kesadaran : campos mentis
KU : baik
TTU : nadi : 120x/menit
Suhu : 36,5 oc
RR : 30x/menit
BB : 7 kg
TB : 80 cm
Abdomen : bising usus (+)
Turgor kulit: baik

A : anak “F” umur 1 tahun 11 bulan dengan diare
P : - rencanakan dilanjutkan
- berikan HE tentang
o Gizi seimbang
o ASI tetap diberikan
o Personal hygiene
- anjurkan Ibu untuk control ulang 3 hari lagi jika diare tidak berkurang atau jika sewaktu-waktu ada keluhan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil data yang diperoleh dapat disimpulkan masalah-masalah yang dialami oleh anak”F” dengan diare. Cara pemecahan masalah melelui asuhan kebidan dilakukan beberapa tindakan
1. Pengkajian data
Pada data subyektif dengan keluhan ibu ingin memeriksakan anaknya yang panas dan diare sudah 2 hari dengan konsistensi cair, berlendir, tidak ada ampas dan darah. Ditunjang dengan pemeriksaan pada data subyektif suhu 38oc, nadi 120x/menit, RR 30x/menit, rectum agak kmerahan, bising usus (+)
2. Identifikasi data dasar diagnose dan masalah anak sakit usia
3. Identifikasi masalah potensial/ potensial terjadi dehidrasi
4. Identifikasi kebutuhab segera
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan dan terapi
5. Intervensi
Lakukan pendekatan terapeutik, jelaskan hasil pemeriksaan pada Ibu, berikan HE pada Ibu, anjurkan ibu untuk control, memberikan terapi pada pasien
6. Implementasi
Semua yang direncanakan pada intervensi terlaksana di implementasi
7. Evaluasi
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan

4.2 Saran
1. Bagi petugas
Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki serta harus memiliki kerjasama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain, klien dan keluarga

2. Bagi klien
Klien harus dapat bekerjasama dengan baik dengan tenaga kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta masalah klien dapat terpecahkan

3. Bagi pendidikan
Tenaga kesehatan yang berada pada suatu instansi kesehatan supaya lebih memperhatikan dan memberikan bimbingan kepada calon tenaga kesehatan pada umumnya serta supaya melengkapi buku-buku yang ada diperpustakaan yang merupakan gudang ilmu bagi para anak didik
4. Bagi rumah sakit
Rumah sakit harus berusaha untuk mempertahankan pelayanan yang sudah ada dan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien


DAFTAR PUSTAKA

- Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Rineka Cipta
- Widjaja. M.C. dr, 2002, Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita, Jakarta : Kawan pustaka
- Prawirohardjo, S, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBP
- IBG Manvaba, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC

2 komentar:

Boku no Blog mengatakan...

Bagus Artikelnya Cak...
teruskan Postingannya..
Kunjungi juga Blogku ya...

Lucu mengatakan...

sip banget :)

Posting Komentar

terimakasih anda telah berkunjung ke web kami silahkan baca dan tinggalkan pesan anda